Di dalam sebuah karangan untuk American School Board Journal belum lama berselang, jenderal itu menulis bahwa City College of New York merupakan "suatu persetujuan tiga jalur yang tidak tertulis tetapi dimengerti secara intuitif" - bahwa anak-anak harus bekerja keras, para orang tua harus mendukung mereka, dan sekolah harus mengajar mereka.
Sewaktu belajar di City College of New York itu pula, siswa yang masih remaja itu menemukan suatu dorongan lain, yakni belajar pada Reserve Officers Training Corps (Korps Latihan Perwira Cadangan).
Baca Juga : Serba Cepat, Kebiasaan Makan di Amerika Serikat Itu Ibarat Mesin Waktu
Angkatan darat mengirim Powell ke banyak tempat, dan setiap tempat membantu membentuk dan memperluas cakrawalanya terhadap dunia.
Di Fort Benning, dia memperoleh pengalaman pertama tentang suasana Amerika bagian selatan dan menemukan diskriminasi rasial, ketika rekan-rekan perwira kulit putih menggertak dan menakut-nakuti para pelayan bar karena melayani seorang perwira kulit hitam.
Di Vietnam, Colin Powell belajar mengenal kengerian tak berkesudahan suatu perang yang sia-sia. Dia memperoleh lencana tanda jasa Purple Heart sesudah melanggar ranjau Vietcong dan lencana Soldier's Medal, karena berhasil menarik dua orang rekannya dari sebuah helikopter yang sedang terbakar.
Sesudah 14 tahun bertugas aktif, dalam tahun 1972 Powell diangkat menjadi seorang petugas di Gedung Putih.
Di sana dia bekerja untuk Frank Carlucci, yang waktu itu menjabat sebagai direktur Jawatan Manajemen dan Anggaran, dan Caspar Weinberger, waktu itu direktur anggaran.
Baca Juga : Membunuh Tanpa Suara, Salah Satu Materi Sekolah Anti Terorisme dan Komunisme di Amerika Serikat
Kedua tokoh ini menjadi idola Powell di dalam lingkaran kekuasaan Washington. Sejak waktu itu dia terombang-ambing di antara tugas-tugas militer dan politik, sering kali sebagai ajudan salah seorang mentornya itu. Pangkatnya naik dengan cepat.
Kontak-kontak pun terjalin dengan tepat dengan para pejabat tinggi dan mempelajari keterampilan-keterampilan birokrasi yang tepat. Dia menjabat sebagai penasihat keamanan nasional selama tahun terakhir masa jabatan Presiden Reagan.
Dalam bulan Oktober 1989 Presiden Bush mengangkat Colin Powell menjadi ketua Gabungan Kepala Staf.
Teman-temannya masih tetap menggambarkan Colin Powell sebagai seorang perwira tinggi yang amat sederhana. Kadang-kadang dia sendirian menonton video Carly Simon di kantornya di Pentagon, sementara orang lain asyik mengikuti siaran-siaran CNN.
Baca Juga : Bukan Arab Saudi Apalagi Rusia, Produsen Cadangan Minyak Terbesar saat Ini adalah Amerika Serikat
Dia membenci olahraga. Seorang temannya mencoba mengajarkan dia bermain tenis tetapi tidak berhasil.
Kini jenderal kulit hitam, suami Alma Johnson dan ayah tiga anak yang sederhana ini, harus meninggalkan pos tertingginya.
Walaupun demikian, dialah orang kulit hitam pertama di dalam sejarah Amerika yang boleh duduk di meja perundingan pada saat keputusan-keputusan paling penting tentang perang dan damai dibuat.
Dia telah menjadi gabungan dua sasaran nasional yang luhur, yaitu kemajuan rasial dan kekuatan militer.
Baca Juga : Amerika Serikat Dilaporkan Siap Menyerang Iran Akhir Tahun Ini, akankah Perang Dunia III Terjadi?
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR