Baca Juga : 1 dari 5 Tentara Amerika Menderita Gangguan Mental
Dua kali bertugas di Vietnam mengajarkan dia, bahwa rasa takut dan ragu-ragu mengambil keputusan bukanlah merupakan kebajikan.
Banyak orang yang dekat dengan dia dalam tugas di lapangan mengakui, Powell bukan tipe pemimpin yang suka berbuat setengah-setengah. Dia bukan prajurit yang senang berjuang dengan sebelah tangan di punggung.
Powell selalu mendesakkan tindakan besar-besaran dan menentukan. Ketika kelompok inti pengambil keputusan, yang dikenal sebagai Delapan Besar, mengadakan rapat di Gedung Putih pada sore hari Kamis, 21 Februari 1991, untuk membicarakan tahap terakhir Perang Teluk, pertempuran darat sudah dijadwalkan akan dimulai pada pukul 20.00 Sabtu malam Minggu itu.
Powell berhasil mendesak agar Saddam Hussein diberi batas waktu Sabtu tengah hari untuk menarik diri dari Kuwait.
la menambahkan supaya berakhirnya ultimatum itu langsung disusul dengan pameran kekuatan secara besar-besaran.
Ketua Gabungan Kepala Staf itu membiarkan para jenderal di lapangan menyusun rincian perencanaan perang, sementara dia sendiri memainkan peranan kunci menjual strategi, baik kepada presiden maupun para pemimpin kongres.
Baca Juga : Amerika Serikat Bertemu Taliban di Qatar, Ini yang Mereka Bicarakan
"Dia selalu melindungi komandan di lapangan," kata seorang pejabat Pentagon.
"Dia selalu mempunyai jawaban yang tepat, sehingga presiden tidak mempunyai alasan untuk meremehkan pendapat para pemimpin militer. Kepribadian serta kecakapannya membuat Presiden Bush dan Menteri Pertahanan Dick Cheney, menaruh kepercayaan penuh kepada pemimpin militer mereka."
Jenderal ini dikenal sebagai seorang realis. Hal itu memberinya kredibilitas yang besar dari pihak kongres. la juga ditunjuk sebagai organisator utama dua pertemuan puncak Presiden Reagan dengan Presiden Mikhail Gorbachev.
Tetapi Powell membawa serta peiajaran lain dari Vietnam: Kesiagaan merupakan hal yang teramat penting. Jangan membiarkan kembalinya militer "yang keropos" dari tahun 70-an.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR