Di kota Ternate itu mereka berasrama di benteng Amsterdam dan selama mereka berada di Ternate itu belum pernah penduduk melihat salah seorang kulit putih, entah pelatih, entah komandan tertinggi mereka, berada di tengah-tengah gerilya pribumi itu, sehingga seolah-olah gerilya itu dibiarkan begitu saja.
Soal makan atau duit, tampaknya takterurus sehingga mereka terpaksa berdikari dan minta jatah dari sisa-sisa persediaan tentara Jepang di Ternate itu.
Baca Juga : Ketika Pasukan Raider Pemburu Gerilyawan Harus Bisa Tidur Nyenyak di Bawah Selembar Matras Saat Hujan Lebat
Jadi tuan yang berkuasa
Jika bangsa Indonesia lainnya belum sempat untuk menjadi tuan yang berkuasa atas orang-orang Jepang, maka mereka boleh dianggap memiliki kesempatan yang pertama untuk berkuasa atas orang-orang yang belum lama ini memerintahnya dengan penuh kekejaman.
Nah kesempatan berkuasa ini agaknya tak disia-siakan orang-orang Indonesia itu, misalnya enak saja memerintahkan orang-orang Jepang itu mencuci pakaian mereka, membawa air, memasak, membeli makanan diluar, mendorong-dorong gerobak, membersihkan benteng, taiso di waktu pagi, berbaris dllnya, pendek kata orang-orang Jepang betul-betul menjadi kuli, sedang yang dulu kuli, sekarang menjadi tuan.
Hanya saja penduduk belum pernah melihat Jepang-jepang itu disakiti oleh gerilya pribumi itu, barangkali saja gerilya-gerilya itu di zaman Jepang belum pernah kena “bagero" dari Jepang, jadi tidak ada nafsu balas dendam.
Bagaimana pasukan gerilya itu dibubarkan?
Semakin lama kekuasaan Belanda mulai mantab di kota Ternate itu, sehingga seorang bintara KNIL yang didrop disana pangkat Sersan major suku Ambon diberi wewenang oleh tentara Belanda untuk mengambil alih komando atas “barang warisan" Amerika yang terlantar itu.
Timbang terima jabatan atau upacara-upacara yang lazim di kalangan militer yang kita ketahui sekarang tidak ada, hanya yang diketahui sersan itu mengunjungi asrama mereka, omong-omong sebentar, selesai sudah.
Suatu ketika bintara KNIL itu mengadakan patroli disepanjang pesisir dengan membawa 6 anggota pasukan gerilya itu, tapi malang bagi Patroli itu karena tiba-tiba perahu motor mereka dilanda ombak besar hingga tenggelam.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR