Baca Juga : 5 Prosedur Operasi Plastik Paling Mahal, Ada yang Mencapai Ratusan Juta Rupiah
Dalam pada itu Kabinet Sjahrir jatuh dan diganti oleh Kabinet Amir Sjarifudin.
Untuk membicarakan situasi yang gawat ini, Kabinet Amir Sjarifudjin yang baru dibentuk tanggal 3 Juli 1947 mengadakan sidang Kabinet.
Pada waktu itu Gombong sudah jatuh di tangan musuh, dan tentara Belanda telah maju di front Utara dan Timur dan telah menduduki Magelang dan Mojokerto.
Sidang Kabinet dimulai jam 19.00 di gedung KNIP di jalan Malioboro dan pada kira-kira jam 20.30 sudah dapat diambil keputusan, bahwa malam itu juga Presiden dipersilahkan meninggalkan ibu kota Yogyakarta dan menyingkir ke tempat yang dianggap lebih aman.
Baca Juga : Rupiah Capai Titik Terburuk, Pengamat: Angka Boleh Sama, tapi Kondisi Jauh Berbeda dengan Krismon 1998
Oleh Menteri Perhubungan Ir. Djuanda, saya diperintahkan malam itu juga untuk menyiapkan sebuah KLB yang akan diberangkatkan dari setasiun Yogya, Tugu, ke jurusan Timur.
Menurut rencana kereta-api akan diberangkatkan jam 24.00. Jam 24.00 Presiden belum datang; jam 01.00. Presiden juga belum tiba di setasiun. Orang-orang mulai menjadi gelisah, dan khawatir jangan-jangan Presiden tidak mau meninggalkan ibu kota, karena waktu itu sedang sakit.
Saya sendiri juga menjadi makin gelisah, karena perjalanan yang direncanakan bagi Presiden harus dilakukan pada malam hari, untuk menghindari kemungkinan serangan oleh pihak Belanda dari udara.
Pada akhirnya jam 02.00 lebih, Presiden tiba di setasiun memakai mantel gabardine dan diiringi oleh Ny. Fatmawati dan seorang lelaki tua yang tidak saya kenal. Di belakang sendiri diikuti oleh dr. Leimena dan Ir. Djuanda (Menteri Perhubungan), yang oleh Kabinet ditugaskan untuk menjemput Presiden.
Baca Juga : Indonesia bisa Rugi Karena Triliunan Rupiah Habis untuk Dana Kecelakaan Lalu Lintas, Ini Kata Jasa Raharja
Esok harinya kereta-api dengan selamat sampai di stasiun Madiun. Beberapa mobil telah disiapkan untuk mengangkut rombongan ke tempat yang dituju ialah sebuah perkebunan di desa Kandangan di kaki gunung Lawu.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR