Saking banyaknya artefak yang dibawa ke Austria, pemerintah di sana bisa membuatnya menjadi museum. Untungnya, praktik ini tidak berlangsung lama. Sejak 1907, Kesultanan Turki Us-mani membuat peraturan tegas yang melarang pengiriman barang antik ke luar negeri.
Baca Juga : Benarkah Rumah Naga di Yunani Ini Buktikan Adanya Naga di Zaman Dulu?
Sampai sekarang, pemerintah Turki masih terus bernegosiasi supaya artefak-artefak Ephesus bisa dikembalikan ke negara asalnya.
Bertemu Dewi Artemis
Salah satu bagian di Museum Efes khusus memajang perlengkapan rumah tangga yang ditemukan di vila-vila milik kaum bangsawan Ephesus. Dilihat dari barang-barang itu, kelihatannya para elite Epesus menganut gaya hidup mewah.
Peralatan makan mereka saja terbuat dari logam mulia. Belum lagi aneka perhiasan dan perlengkapan rumah tangga lainnya yang semuanya didesain dengan seni tingkat tinggi.
Koleksi paling menarik adalah lukisan dinding bergambar Socrates dari abad ke-3 Masehi. Lukisan tersebut digambar pada permukaan tembok rumah. Supaya bisa ditampilkan di museum, tentu saja tembok itu juga harus ikut diangkut ke museum. Pemilik rumah itu agaknya pengagum berat Socrates.
Baca Juga : Susahnya Jadi Pria Turki, Harus Terlihat Macho dan Tak Boleh Tunjukkan Kasih Sayang Hingga Tangisan
Bagian tengah museum berupa area terbuka yang diberi nama Garden Room. Bagian ini menampilkan koleksi sarkofagus (peti jenazah), batu nisan, prasasti, serta meja batu untuk menaruh persembahan.
Pada masa lalu, jenazah orang-orang terpandang di Ephesus memang tidak dikubur tapi disimpan di peti batu yang dihiasi ukiran halus.
Saat tiba di bagian akhir museum, bulu kuduk saya langsung berdiri memandang patung Dewi Artemis. Patung ini pernah disembah banyak orang lebih dari dua milenium lalu. Bagi saya, daya magis patung itu masih terasa.
Meski berabad telah lewat, saya seperti merasakan energi pengharapan ribuan orang yang pernah berdoa di depannya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR