Kanit Reskrim Polsek Metro Penjaringan Kompol Mustakim mengatakan, tidak ada bekas kekerasan yang dialami R. Anak itu diduga meninggal akibat kehabisan oksigen.
Bocah tersebut diduga tak sengaja terkunci di dalam mobil milik Afandi yang pada saat itu bisa dibuka R karena kondisinya tidak terkunci.
"Tewasnya karena kepanasan, akhirnya kehabisan oksigen. Anak itu masuk sendiri ke mobil lalu kepencet pintu otomatisnya. Akibatnya mobil terkunci dan korban tidak bisa keluar," ," ujar Mustakim.
Ia menyebut R juga sempat berupaya memecahkan kaca dengan menggunakan spion tetapi hasilnya nihil.
Baca Juga : Kondisi Terkini Rini Puspitawati, Pemandu Karaoke Pengemudi CR-V Maut yang Tewaskan Suami Orang
Sebanyak lima orang saksi telah diperiksa polisi terkait kasus itu. Kelima saksi diperiksa untuk menemukan ada atau tidak unsur kelalaian yang menyebabkan R terjebak dalam mobil dan meninggal dunia.
"Belum dijadikan tersangka kecuali kalau anak tersebut dibawa ke situ. Kalau ini kan dia lupa ngunci, terus si anak itu tiba-tiba masuk, nggak masuk kelalaian jadinya," kata Mustakim.
Mobil milik Afandi itu berada dalam kondisi tidak terkunci karena pengguna sebelumnya, yaitu Ruslan yang juga kakak ipar Afandi, terburu-buru mengembalikan mobil yang dipinjamnya itu.
"Posisinya hari Jumat mau Jumatan ngejar-ngejar, begitu ketinggalan jaketnya, balik lagi ambil jaket kemudian dia lupa ngunci," kata Mustakim.
Menurut keterangan warga, anak-anak kecil memang biasa bermain di lahan kosong tempat mobil milik Afandi diparkir pada Jumat lalu.
Lahan tersebut agaknya menjadi favorit karena merupakan lahan terlapang di antara padatnya rumah-rumah di perkampungan warga yang berdempetan dengan kompleks Apartemen Pluit Sea View.
(Ardito Ramadhan)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Bocah 3,5 Tahun yang Tewas Setelah Terjebak di Dalam Mobil".
Baca Juga : Bukan Hanya Saaih Halilintar, Deretan Pesohor Ini Juga 'Kegep' Pakai Jam Tangan Richard Mille Palsu
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR