"Tidak tahu, tetapi dari kita ada yang menembak ke dalam mobil itu."
"Sudah diam saja. Jangan ceritakan hal itu kepada orang lain!"
Demi kepentingan politik luar negeri RI, kesaksian Doel Arnowo itu dirahasiakan selama hampir 28 tahun. Ketika pada tanggal 2 November 1945 Doel Arnowo atas nama Kontak Biro pertama kali membuat pernyataan resmi di pers tentang insiden Gedung Internatio tersebut, ia sama sekali tidak mengungkapkan laporan pemuda di Kali Mas tersebut.
Siapakah sesungguhnya remaja penembak Mallaby tersebut? Kalau mengingat bahwa dia mampu berbicara dalam bahasa Inggris, maka bisa dipastikan dia adalah seorang pemuda pelajar. Mungkin ia tergabung dalam kesatuan BKR Pelajar (embrio TRIP).
Di kemudian hari memang ada seorang tokoh TRIP (yang kini masih hidup di Jakarta) yang mengaku bahwa dialah yang menembak Mallaby. Namun, untuk membuktikan kebenaran pengakuan tersebut, kini telah sulit untuk mencari saksi-saksinya.
Bukan hanya salah Mallaby
Dalam ulasan di akhir makalahnya, Parrott berkesimpulan bahwa Mallaby sendirilah akhirnya yang bertanggung jawab atas situasi yang menyebabkan kematiannya.
Menurut Parrott, dalam situasi kritis di Surabaya itu, Mallaby ternyata tidak bisa menempatkan diri sebagai seorang perwira senior.
Peranan seorang komandan senior seharusnya adalah memberikan kepemimpinan yang dingin dan penuh nalar, bukannya tergesa-gesa dan melibatkan diri langsung dengan gerombolan bersenjata.
Pada saat itu, jelas Mallaby adalah seorang pribadi yang sedang terguncang integritasnya. la harus bertanggung jawab atas berantaknya brigadenya dan menghadapi kemungkinan diajukan ke hadapan pengadilan penyelidikan dan pengadilan militer.
Ada tiga kesalahan dasar yang dibuat Mallaby di Surabaya:
* Dia menyebarkan pasukannya di seluruh kota, tanpa menjamin dan menyelamatkan jalur komunikasinya.
* Dia benar-benar meremehkan kepemimpinan, kekuatan dan semangat juang orang Indonesia.
* Dia terlalu lamban menilai potensi bahaya yang mengancam pasukannya, yang tersebar dan tidak membawa persediaan amunisi.
Meskipun demikian, tidaklah adil untuk menimpakan seluruh kesalahan itu hanya di pundak Mallaby. Staf Divisi 23 di Jakarta, yang memerintahkan menyebarkan surat selebaran tanpa setahu Mallaby, jelas ikut bersalah mempersulit posisi Brigade Mallaby di Surabaya.
Markas Besar Tentara Sekutu di Singapura yang dinas intelijennya tidak aktif, punya andil pula atas terperosoknya Brigjen Mallaby dalam kerusuhan di Surabaya.
Mallaby yang dalam meniti karier militernya hingga PD II dinilai cemerlang, sehingga dipromosikan menjadi brigjen dalam usia muda (42), semula diramalkan akan bisa mencapai jabatan dan pangkat tertinggi dalam profesinya.
Namun, nasib telah membawa Mallaby ke kancah revolusi di Surabaya dan tewas tragis di tangan seorang remaja yang tak dikenal.
la tewas dalam usia relatif muda (45) dan jenazahnya kini terbaring damai di Makam Militer Menteng Pulo, Jakarta.
(Ditulis oleh Moehkardi: Mantan dosen sejarah di AKABRI Magelang. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi November 1988)
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR