Sekitar pukul 17.00 rombongan Kontak Biro yang terdiri atas delapan mobil bergerak ke Gedung Lindeteves dan kemudian ke Gedung Internatio. Dalam perjalanan ini, di samping Kapten Shaw, Brigjen Mallaby didampingi oleh dua orang perwira muda. Kapten R C. Smith dan Kapten T.L. Laughland.
Gedung Internatio adalah sebuah bank, yang waktu itu diduduki oleh kesatuan Inggris Kompi Mahrattas 6 pimpinan Mayor K. Venu Gopal. Gedung itu dikepung oleh sekitar lima ratus pemuda Indonesia bersenjata.
Ketika rombongan Kontak Biro tiba di halaman gedung tersebut, massa pemuda segera mengerumuni mobil para anggota Kontak Biro.
Doel Arnowo, tokoh pergerakan yang berpengaruh di Surabaya, segera berdiri di atas kap mobil, untuk membujuk para pemuda agar menghentikan pertempuran.
Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan. Baru sekitar 90 m mobil mereka bergerak, mereka telah dihentikan lagi oleh kerumunan massa pemuda yang lain, kira-kira 18 m dari Jembatan Kali Mas (Jembatan Merah).
Berbeda dengan kelompok pemuda sebelumnya, massa pemuda tersebut tampak garang. Roeslan Abdulgani dalam bukunya, 100 Hari di Surabaya, melukiskan sekelompok pemuda itu sebagai sekelompok orang yang histeris.
Mereka membawa bendera Merah Putih yang warnanya mereka banggakan berasal dari darah tentara Inggris.
Dalam kesaksiannya, Kapten Smith melukiskan ketegangan tersebut sebagai berikut: "Situasi semakin cepat berubah. Para pemimpin pemuda mulai menghasut anggotanya, sementara para anggota Kontak Biro Indonesia berangsur-angsur kehilangan kontrol. Massa yang semula nampak jujur dan ramah berubah menjadi pengancam; pedang terhunus diacungkan dan pistol ditodongkan ke arah kami, perwira Inggris."
Baca Juga : Ternyata Banyak Hal Konyol Selama Perang Dunia II: Ketika Pesawat Kayu Nazi Dilawan Bom Kayu Sekutu
Jangan yang tua!
Kesaksian serupa juga dikisahkan oleh Mohammad. Menurut dia, para perwira Inggris tersebut bukan saja ditodong, tetapi juga dirampas senjata pistolnya. Usaha para anggota Kontak Biro untuk menengahi, bahkan dituduh sebagai membantu musuh.
Tulis Kapten Smith selanjutnya: "Akhirnya massa pemuda itu menuntut agar pasukan Inggris di Gedung Internatio meletakkan senjata dan berbaris ke luar. Mereka berjanji, para prajurit dan perwira Inggris akan diberi jaminan bebas kembali ke lapangan udara.
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR