Lagu Indonesia Raya kemudian diterima sebagai lagu perjuangan,
pembangkit semangat dan tersimpan rapat di hati tiap orang.
Salinan lagu itu kemudian dicetak dan habis terjual, hingga
mempercepat penyebarannya.
Semua orang sibuk menghafalkannya, tak mau kalah satu dengan yang lain.
Baca Juga : Jadilah Sosok yang Pengertian, Ini 9 Bahasa Tubuh dan Tanda-Tanda Wanita yang Jatuh Cinta pada Anda
Meski begitu, roda kehidupan terus berjalan, kadang WR. Supratman menjadi pusat perhatian namun kadang juga terlupakan.
Wage dua kali menikah, tapi dua-duanya berakhir tanpa
meninggalkan keturunan.
Dia sebagai pengarang mulai dilupakan orang.
Hidupnya dibelit kemiskinan, semua barang habis dijual untuk makan dan berobat.
Baca Juga : Bunyi Sumpah Pemuda yang Asli Timbulkan Perdebatan, Bagian Inilah yang Kemudian Diubah
Tanggal 16 Agustus 1938 keadaannya makin melemah.
Terbangun sebentar dia hanya meninggalkan pesan "serahkan lagu Indonesia Raya pada badan kebangsaan", dan itulah pesan terakhirnya.
Baca Juga : Tokoh Sumpah Pemuda: Yamin Mampu Cetuskan Sumpah Pemuda Berkat Istri yang Suka 'Meronda'
Tanggal 17 Agustus 1938, dalam usia 34 tahun Wage Rudolf Supratman meninggal.
Source | : | Majalah HAI 29-VIII-1984 hal 06-07 |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR