Topik ini diangkat menjadi tema pengabdian masyarakat oleh penulis dengan judul “Pencatatan Akuntansi Berbasis Android Bagi Pelaku Bisnis Go Green di Kampung Sayur Organik Mojosongo” dalam rangka peningkatan daya saing perekonomian dan penerapan iptek di masyarakat.
Pemilihan Kampung Sayur Organik di Mojosongo, Surakarta (Jateng) sebagai mitra pengabdian dilakukan setelah melihat potensi pengembangan bisnis go green di desa berdaya binaan Rumah Zakat ini.
Masyarakat di Kampung Sayur ini adalah masyarakat yang progresif terhadap inovasi, mudah menerima teknologi baru dan kompak dalam melakukan pembangunan di desanya.
Kampung ini juga ditunjuk oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta untuk mewakili Kota Surakarta dalam lomba Proklim (Program Kampung Iklim) tingkat nasional tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
Kampung Sayu yang dirintis pada tahun 2013 oleh Rumah Zakat dan Cita Sehat Foundation ini beralamat di RW 37 Ngemplaksutan, Mojosongo, Surakarta.
Program pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada konservasi lingkungan dan pengurangan kemiskinan (environmental conservation and poverty reduction) ini dilakukan dengan cara memanfaatkan lahan pekarangan untuk diolah menjadi kebun gizi mandiri.
Baca Juga : Cara Cerdik Membeli Emas Agar Tidak Dipermainkan Toko dan Pedagang
Masyarakat sangat antusias mengikuti program tersebut. Saat ini, terdapat kebun gizi induk yang dikelola pengelola maupun kebun gizi warga yang telah menuai hasil panen seperti cabai, kangkung, sawi dan terong.
Pengelolaan kebun gizi induk dilakukan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kahuripan Sejahtera. Di samping menjual bibit sayuran, KSM ini memperoleh penghasilan dari penjualan pupuk organik, kunjungan wisata dari sekolah-sekolah dan pelatihan pertanian yang dilakukan.
Masyarakat yang melakukan penjualan bibit dari Kebun Gizi warga juga diharuskan memberikan insentif kepada KSM. Di samping KSM Kahuripan Sejahtera, dibentuk juga KSM Bank Sampah yang bertugas melakukan pengelolaan sampah di wilayah tersebut serta Kelompok Wanita Tani (KWT) yang melakukan produksi hasil tanaman sayur dari Kebun Gizi.
Di samping itu, masih ada KSM Tirto Langgeng yang mengelola sumur dalam untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat Ngemplaksutan. Masyarakat membayar dalam jumlah yang relatif murah dan dana ini menjadi penghasilan bagi KSM Tirto Langgeng.
Untuk tahap awal, fokus pengabdian pada penyusunan laporan keuangan KSM Kahuripan Sejahtera dan KSM Tirto Langgeng. Selama ini KSM-KSM tersebut melakukan pencatatan keuangan sekedarnya secara manual.
Penulis | : | |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR