Ada sederet patung singa dalam posisi berdiri, sehingga jalan di depannya disebut Jl. Singa. Seperti di Yunani daratan, di sini pun ada puing-puing bekas kuil.
Konon pada Abad Pertengahan Delos pernah menjadi kota perdagangan yang dihuni orang, selain menjadi tempat pemujaan dll. Beberapa ahli arkeologi Prancis kelihatan sedang melakukan penelitian.
Baca Juga : Inilah Pandora, Wanita Cantik 'Penyebab' Keonaran dalam Mitologi Yunani yang Sebabkan Manusia Punah
Pukul 12.00, pada saat matahari sedang terik, kami dijemput perahu motor yang mengombang-ambingkan kami selama sejam dalam perjalanan kembali ke Mikonos.
Di Mikonos kami berjalan dulu di lorong-lorong pusat kota yang cuma muat sepeda motor dan kendaraan roda tiga.
Di lorong-lorong ini bukan cuma terdapat rumah penduduk, rumah makan, penjual sari buah, toko cendera mata dan toko pakaian, tetapi juga hotel, bar dan diskotek. Begitu miripnya lorong-lorong itu, sehingga kami pernah tersesat.
Uniknya rumah-rumah penduduk di lorong ini mempunyai tangga tinggi untuk menuju ke pintu masuk. Kelihatan banyak sekali penduduk berusia lanjut.
Baca Juga : Tak Banyak yang Tahu, Sejarah Maraton ternyata Berasal dari Pertempuran Yunani vs Persia
Wanita lanjut usia memakai pakaian hitam, berpenutup kepala dan duduk di tepi lorong sambil merenda. Ada juga yang cuma bengong menonton orang lewat.
Kalau lewat motor roda tiga yang memakai boncengan besar untuk mengangkut barang dagangan, para pejalan kaki terpaksa menepi ke pinggir rumah penduduk.
Dari rumah-rumah penduduk kami mendengar suara nyanyian dari radio, yang irama dan vokalnya mirip lagu Timur Tengah dicampur lagu negara-negara Balkan. Pukul 12.30 toko-toko tutup, sebab di sini masih ada kebiasaan tidur siang.
Starvos, pemilik penginapan, berjanji akan membawa kami berkeliling pulau dengan mobilnya. Sore itu, pukul 16.00, yaitu setelah suami-istri itu pulang dari pelabuhan membawa dua tamu baru, kami dibawa Starvos ke arah selatan dengan mobil tuanya.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR