Baca Juga : Eva Peron, Istri Diktator Argentina yang Jenazahnya Disembunyikan, Mengapa?
Kami boleh memilih: roti, kentang atau nasi putih. Tentu saja kami memilih yang terakhir. Namun, nasi putih datangnya lama sekali, jadi kami pilih saja yang lain.
Sementara itu para koboi juga mengantarkan minuman kepada para pengunjung. Boleh pilih, mau Coca-Cola, Seven Up, atau bir.
Kami pilih Coca-Cola. Ternyata minuman tidak dihidangkan dalam gelas atau botol kecil, tetapi dalam botol ukuran 1 l untuk setiap orang! Itu pun masih ada yang memerlukan tambahan minuman lagi. Tanpa banyak cingcong, pelayan memberinya satu botol jumbo lagi! Makan-minum itu sudah termasuk dalam biaya tour ke pesta koboi ini.
Seorang koboi dengan ramah menanyakan, daging apa yang kami inginkan dan berapa banyak. Kami mencoba semuanya, tetapi sedikit-sedikit saja. Ternyata mereka juga menawarkan jeroan. Jeroan mentah itu dibakar di panggangan kecil di atas meja.
Baca Juga : Eva Peron, Istri Diktator Argentina yang Jenazahnya Disembunyikan, Mengapa?
Rasanya? Ah, tidak seenak baunya. Karena dipanggang secara masal, kematangannya tidak merata. Kebanyakan pengunjung meminta, daging yang matang, tetapi ada juga yang lebih suka daging yang masih setengah matang.
Kalau daging di piring sudah habis, seorang koboi akan datang menawarkan tambahan. Pokoknya, semua orang bisa mengisi perut sepuas hatinya di sana.
Main pensil besii
Selesai santap siang, kami dipersilakan memandang ke panggung. Lantas muncullah pasangan penari tango, dengan iringan musik hidup dari akordeon dan biola.
Tari pergaulan yang bertempo sedang berdasarkan irama hitungan 2/2 atau 4/4 itu didominasi entakan kaki seperti tarian flamenco di Spanyol. Kalau mau, setiap orang boleh naik ke panggung untuk ikut menari.
Sehabis; cuci mata dengan tarian dan cuci telinga dengan lagu-lagu tango, kami disuguhi pertunjukan caballo y juego de pato. Dalam permainan pato ini, para koboi ngebut di atas kuda tunggangannya sambil mencoba memasukkan semacam pensil besi ke cincin yang digantungkan pada seutas tali. Tali itu dipegang koboi lain.
Peserta pato bukan cuma koboi pria, tetapi juga koboi wanita yang berpakaian sama seperti rekan-rekan prianya. Sesudah menonton sejam, kami bosan juga. Kebetulan pukul 15.00 acara berakhir. Kami pun pergi melihat-lihat lahan pertanian dan ternak kuda.
"Boleh berfoto bersama koboi, asal bergantian," begitu diumumkan. Kesempatan itu tidak disia-siakan, termasuk oleh saya.
Baca Juga : Tango yang Sensual dan Kontroversial
"Kalau ingin menunggang kuda berkeliling di tempat ini juga boleh," begitu kata pemandu. Kesempatan ini tidak saya gunakan. Soalnya, saya tidak punya pengalaman dalam tunggang-menunggang kuda.
Akhirnya tibalah saat untuk pulang ke Buenos Aires. Para koboi pun melambai-lambaikan tangan tanda selamat jalan.
Adios Amigos!
Baca Juga : Meski Kalah Dalam Pertempuran, Pasukan Argentina Malah Dipuji Pasukan Elite Inggris yang Menaklukkanya
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR