Advertorial

4 Cara Tangani Membludaknya Sampah Plastik di Dunia, Termasuk di Indonesia

Mentari DP
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Bahkan jika hampir 20 negara yang menjadi pencemar tertinggi di dunia, maka sampah plastik di dunia bisa naik hingga 40%.
Bahkan jika hampir 20 negara yang menjadi pencemar tertinggi di dunia, maka sampah plastik di dunia bisa naik hingga 40%.

Intisari-Online.com – Tahukah Anda berapa banyak jumlah sampah plastik yang dibuang ke laut setiap tahunnya?

Dilansir dari msn.com pada Rabu (17/10/2018), ada sekitar 8,8 juta ton sampah plastik dibuang ke laut setiap tahun.

Dari angka tersebut, lebih dari 50% dari semua sampah plastik di lautan berasal dari lima negara.

Lima negara tersebut adalah China, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, menurut World Wildlife Fund for Nature (WWF).

Baca Juga : Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar ke-2 di Dunia: Ini 3 Hal yang Bisa Kita Lakukan

Dan angka tersebut bisa semakin tinggi.

Bahkan jika hampir 20 negara yang menjadi pencemar tertinggi di dunia, maka sampah plastik di dunia bisa naik hingga 40%.

Lalu bagaimana cara kita menangani sampah plastik?

Nah, ini beberapa yang yang telah dicoba dari Indonesia dan juga dari global.

1. Rumah plastik

Dilansir dari tribunnews.com pada Senin (15/10/2018), warga di Buleleng, Bali tengah melakukan cara untuk mengatur sampai plastik.

Caranya, mereka mendirikan rumah plastik.

Terletak di Desa Petandakan, rumah plastik ini akan memfasilitasi pencacahan sampah plastik. Lalu hasil cacahan tersebut dijual kembali ke perusahaan daur ulang di luar Pulau Bali.

Bahkan tidak hanya di Indonesia, hasil cacahan tersebut juga dikirim hingga ke China.

Di China, biasanya hasil cacahan tersebut diolah menjadi produk baru.

Baca Juga : Sampah Plastik Berserakan di Car Free Day, #SayaPilihBumi pun Langsung Bergerak

2. Rangkaian pelampung

Dilansir dari kompas.com pada Senin (10/9/2018), seorang pemuda Belanda berusia 24 tahun bernama Boyan Slat dilaporkan menciptakan sistem pengumulan sampah plastik berupa rangkaian pelampung.

Diketahui rangkaian pelambung tersebut sepanjang 600 meter dan dapat menarik sampah-sampah plastik untuk membentuk suatu kawasan terampung yang luasnya hampir dua kali pulau Kalimantan.

Lalu menariknya mendekati Great Pacific Garbage Patch atau Pulau Sampah Besar di Lautan Pasifik.

Menurut Slat, organisasinya, The Ocean Cleanup, telah menemukan sampah plastik yang telah terapung di laut sejak tahun 1960 dan 1970-an.

Pelampung sepanjang 600 meter itu dipasang dalam bentuk huruf U dan akan mengurung sampah-sampah plastik yang kemudian diambil oleh kapal-kapal khusus tiap beberapa bulan untuk dibawa ke darat dan didaur-ulang.

Pelampung penangkap sampah plastik itu dilengkapi dengan lampu bertenaga surya, kamera, sensor dan antena satelit, sehingga bisa diketahui keberadaannya setiap waktu.

Baca Juga : Ingin Kurangi Sampah Plastik? Gantilah 5 Barang yang Sering Anda Gunakan Ini

3. Aksi bersih-bersih

Pada Minggu (19/8/2018), kompas.com melaporkan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan ( KKP) mengumpulkan puluhan ton sampah dari aksi bersih-bersih pantai Pandu Laut Nusantara.

Di mana mereka berhasil mengumpulkan 73 ton sampah, yang jumlah 1 ton sampah per lokasi.

Tidak hanya di Jakarta, aksi bersih-bersih ini juga akan dilakukan di 73 lokasi dari Aceh hingga Papua.

Lalu sampah-sampah dari laut tersebut dibawa ke TPA.

4. Target eliminasi sampah di laut sebesar 70%

Pada event bersih-bersih di bulan Agustus 2018, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatakan mereka menargetkan bisa mengeliminasi sampah di laut sebesar 70 persen pada 2025 mendatang.

Oleh sebab itu, beragam strategi disiapkan guna merealisasikan target tersebut. Salah satunya adalah dengan memastikan kegiatan pembersihan pantai selama satu bulan sekali.

Kedua dengan menekankan upaya daur ulang sampah plastik dan ketiga mengubah pola pikir masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan mengurangi konsumsi plastik sekali pakai.

Guna mendukung upaya tersebut, KKP telah menganggarkan dana sebesar Rp10 miliar pada tahun lalu.

Sebanyak Rp2,5 miliar digunakan untuk membeli 11 mesin pencacah plastik yang ditempatkan di 11 titik dan juga membeli mesin kompos organik dari air untuk ditempatkan di enam titik.

Adapun sisa Rp7,5 miliar digunakan untuk gerakan Gita Laut berupa pelatihan, sekolah bahari, dan pembersihan pantai, serta peletakkan tempat sampah di beberapa destinasi wisata. #SayaPilihBumi

Baca Juga : Kasihan, Anak Anjing Laut yang Lucu Ini Mati Setelah Sampah Plastik Berada di Perutnya Dalam Waktu Lama

Artikel Terkait