"Akhirnya sumbatan itu jebol dan mengalir dengan cepat ke bawah sampai ke kaki lereng. Jangkauan aliran banjir bandang dapat mencapai beberapa kilometer dari arah hulu," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers yang dilakukan pada Senin (15/10/2018) di Jakarta.
Dwikorita menerangkan, secara keilmuan banjir bandang dikontrol oleh tiga kondisi utama.
Pusaran Angin Pertama, kondisi geologi yang terjadi pada daerah hulu dari sungai-sungai yang mengalir di zona pegunungan dengan tektonik aktif, berkaitan dengan kondisi patahan aktif dan kekar-kekar yang membentuk pegunungan dan lembah-lembah sungai.
Kedua kondisi seismisitas atau kegempaan dengan kekuatan mulai dari magnitudo yang sebenarnya tidak begitu besar dikisaran 2.5 - 4.
Kemudian yang terakhir adanya curah hujan ekstrem di atas 50mm yang memicu terjadinya banjir bandang.
Terkait hal tersebut, BMKG meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman banjir bandang terutama yang bertempat tinggal di sepanjang aliran sungai.
Sementara itu di wilayah lereng pegunungan, Dwikorita mengungkapkan tidak perlu hujan ekstrem untuk memicu banjir bandang.
Warga perlu waspada begitu mendung tebal menggelayut.
Baca Juga : Sumbangkan ASI-Nya Sebanyak 15 Lemari Es, Sosialita Thailand ini Dikritik Para Dokter
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR