Setelah itu akan terjadi perubahan gen yang relatif cepat.
Melihat urutannya, setelah gas buang solar terhirup, zat kimia di dalamnya langsung berperan sebagai salah satu pemancing.
Sehingga sel kanker yang ada dalam tubuh manusia bakal tergoda untuk berkembang pesat.
"Jadi, zat kimia dalam solar itu merupakan promoting factor (zat promosi) untuk mengaktifkan sel kanker dalam paru-paru atau kulit," jelasnya.
Baca Juga : Kabin Pesawat Ini Dipenuhi Asap oleh Pilotnya Sendiri Gara-gara Penumpang Tak Mau Turun
BIAYA TINGGI
Sedang serangan terjadinya kanker itu sendiri relatif lama, tergantung pada dua faktor: familial dan daya tahan tubuh.
Biasanya sel kanker itu butuh waktu berkembang hingga bertahun-tahun.
"Bukan ketika menghirup langsung terserang, lo," ujar Harryanto.
Jadi, bila seseorang punya daya tahan tubuh yang baik dan tak ada unsur familial, risikonya lebih kecil atau tak terserang sama sekali.
Sayangnya, waktu itu Rumah Sakit Kanker Dharmais sendiri belum pernah melakukan riset, apakah gas buang kendaraan diesel di Indosudah makan korban.
Menurut Harryanto, penelitian ini penting. "Tapi butuh biaya cukup tinggi," keluhnya.
Apalagi, korban keganasan kanker ini kian tahun makin meningkat.
"Pokoknya pada 1998 dari tiap 1.000 orang penduduk, terdapat 1 pengidap," tambahnya.
Untuk memperkecil kemungkinan, bagi mereka yang merasa sering berhubungan dengan asap ini, dianjurkan untuk mengubah kebiasaan hidup.
Antara lain, memperhatikan gizi, istirahat cukup, memperkuat daya tahan tubuh, berolahraga, serta "Tinggalkan rokok, alkohol dan Iain-lain," terang pria berkacamata itu.
Nah, tukan.
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR