Tapi biarpun jawabannya tidak jujur, dokter yang berpengalaman biasanya akan mengetahuinya. Nah, setelah serangkaian pemeriksaan tadi dilakukan, baru dokter mengetahui kondisi kesehatan jiwa kita sesungguhnya.
Baca Juga : Ingin Lawan Depresi? Begini Caranya! Mudah dan Tanpa Obat-obatan
Dilihat dari tingkatan dan ragamnya, gangguan jiwa sebenarnya sangat banyak. Tapi secara umum bisa dibedakan atas dua kelompok, yakni gangguan neurotik dan gangguan psikotik.
Kelompok gangguan neurotik biasanya ditandai adanya peningkatan kecemasan. Sedangkan kelompok gangguan psikotik ditandai hilangnya kemampuan seseorang dalam membedakan antara realita dan fantasi.
Selain itu terdapat kelompok gangguan jiwa lain, seperti gangguan mental organik, gangguan alam perasaan (afektif), gangguan kepribadian, psikoseksual, penggunaan zat, stres pascatrauma, gangguan penyesuaian, pengendalian impuls, gangguan psikosomatik, dan gangguan tidur.
"Kelompok gangguan neurotik termasuk gangguan jiwa ringan. Tapi masalah gangguan jiwa tersebut bisa menjadi berat bila proses perjalanan penyakitnya berlanjut. Contohnya, depresi. Bila depresi berlanjut, ia bisa menjadi depresi dengan ciri psikotik, seperti ditemukan adanya halusinasi pada penderitanya.
Baca Juga : Penderitaan Tak Akan Bertahan Selamanya, Inilah 7 Obat Depresi yang Jarang Diketahui Orang
Gangguan psikotik sendiri merupakan kelompok gangguan jiwa tersendiri yang ujung-ujungnya adalah skizofrenia. Pada skizofrenia terdapat penurunan fungsi penting manusia," jelas Wiendarto.
"Gangguan jiwa" masih bisa ditolerir apabila kadarnya masih sangat ringan. Kadang kita sering menyebut orang semacam itu sebagai orang "eksentrik". Jika Anda pernah melihat seseorang yang perilakunya agak aneh, itulah yang disebut eksentrik.
Namun, ia masih belum memenuhi kriteria konsep gangguan jiwa yang berlaku secara umum tadi.
"Selama dia masih bisa bekerja, merawat diri, tidak ada hendaya, ya kita anggap sebagai keunikan manusia," kata Wiendarto. "Soalnya, dalam ilmu kedokteran jiwa ini tidak bisa dibedakan hitam dan putih secara kaku. Selama tidak mengganggu fungsi dan tidak menimbulkan penderitaan, ya masih oke-oke saja."
Baca Juga : Karyawan yang Depresi Sebenarnya Lebih Produktif Jika Mau Melakukan Hal Ini, tapi Juga Ada Syaratnya
Seseorang dengan "gangguan jiwa" yang sangat ringan masih bisa menjalankan aktivitas sehari- harinya. Kondisi seperti itu bisa saja tidak mengganggu karier, rumah tangga atau kehidupan sosialnya, walau orang-orang di sekitarnya menganggapnya sedikit di luar kewajaran.
Bahkan, dalam kondisi seperti ini, bisa saja orang tersebut memiliki prestasi baik. Misalnya gangguan afektif yang biasanya berkaitan dengan rasa percaya diri yang berlebihan atau kurang, yang bisa merugikan dirinya atau orang lain.
Contohnya, apabila ada seseorang mempunyai rasa percaya diri yang lebih tinggi dari rata-rata, namun masih dalam batas normal yang tidak merugikan dirinya atau orang lain, maka ia bisa saja berprestasi baik.
Ada dua cara terapi yang digunakan dalam menangani gangguan jiwa, yakni pemberian obat dan psikoterapi. "Pada gangguan jiwa yang ringan, terapinya terkadang cukup dengan psikoterapi. Tetapi masa penyembuhannya diharapkan bisa lebih cepat bila penderita diberi obat yang bersifat temporer.
Baca Juga : Berdasar Riset, Bali Masuk Peringkat Empat Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Berat di Indonesia
Sementara, pada gangguan yang berat dokter harus memberikan obat yang biasanya berjangka panjang," jelas Wiendarto.
Penataiaksanaan gangguan jiwa ringan hingga berat biasanya bersifat individual. Soalnya, untuk gangguan jiwa yang sama, stresor yang diterima masing-masing penderita bisa berbeda.
Selain itu, peran aktif si penderita dalam menjalani terapi juga ikut menentukan hasil terapi.
Nah, sebelum dibuat terbelalak seperti Yenny, tak ada salahnya bila memeriksakan kesehatan jiwa kita, meski kita merasa sehat. Soalnya, di dalam badan yang sehat belum tentu terdapat jiwa yang sehat.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR