Kedua gangguan tadi bisa menganggu kondisi kejiwaan seseorang sampai meretakkan kepribadian. Mana yang lebih berbahaya, tergantung dari cara mengatasi masalah dan kekuatan jiwa kita.
Ada yang hanya tahan sebulan, meski intensitas stresornya rendah. Tapi ada yang perlu waktu bertahun-tahun untuk membuat kepribadian seseorang yang menerima stresor itu menjadi retak.
Perlu kejujuran
Baca Juga : Benarkah Berenang di Kolam Air Dingin Bisa Mengobati Depresi?
Untuk mengetahui apakah saat ini jiwa kita terganggu atau tidak, tentu tidak bisa hanya berdasarkan pengamatan semata-mata. Apalagi kalau yang mengamati hanya sebatas teman atau saudara, yang memang bukan ahlinya.
Kondisi kesehatan jiwa hanya dapat diketahui lewat serangkaian wawancara dan tes tertentu. Wawancara terbagi atas beberapa bagian, yaitu wawancara awal, utama, dan ujung. Setiap orang berbeda jenis wawancaranya.
Pada wawancara awal, dokter harus membina rapor dulu untuk membina saling percaya. Masalahnya, dalam psikiatri dikenal adanya titik peka pada setiap orang yang membuatnya tidak mau membuka persoalannya secara langsung.
Setelah itu tercapai, barulah dilakukan wawancara pokok. "Hasil wawancara sangat tergantung dari keterbukaan si pasien," tambah dr. Wiendarto.
Baca Juga : Sering Memicu Keinginan Bunuh Diri, Ini Gejala Depresi yang Harus Anda Perhatikan
Bila diperlukan, dokter juga akan memberikan tes seperti Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) atau Hamilton Depression Rating Skill (HDRS).
Tes tersebut berupa kuesioner yang mesti dijawab dan diisi oleh orang yang dites. Hasilnya, digunakan dokter untuk melengkapi wawancara dalam menentukan kondisi kejiwaan seseorang pada saat itu.
Terkadang, langkah pengujian itu belum cukup. Dokter masih memerlukan wawancara tambahan terhadap orang-orang yang tinggal di dekat pasien. Pada tahap ini diperlukan kejujuran orang yang diperiksa, baik penderita maupun orang yang tinggal dekat dengannya, agar hasilnya dapat dikurangi.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR