Menariknya, multivitamin-multivitamin yang diteliti Tanvetyanon dan Bepler memiliki dosis β-karoten yang tinggi.
Data tersebut sejalan dengan data dari National Cancer Institute USA yang melaporkan, ada sekitar 50 juta masyarakat Amerika mengonsumsi multivitamin dan 20 persennya (kira-kira 10 juta penduduk Amerika Serikat) adalah perokok.
Baca Juga : Selain Batuk dan Nyeri Dada, Inilah Gejala Umum Kanker Paru yang Patut Diwaspadai
Data yang diperoleh dari NCI juga menunjukkan, insiden kanker paru menimpa 60 per 100 ribu orang di Amerika Serikat. Dan dengan mengonsumsi β-karoten ini maka insiden ini meningkat menjadi 74,4 per 100 ribu orang.
Dari data itu maka dapat diperhitungkan bahwa dari 10 juta orang Amerika perokok tadi akan terjadi 1.440 kasus kanker paru per tahun. Ini berarti, risiko kanker paru pada perokok yang mengonsumsi β-karoten 22 kali lebih tinggi daripada nonperokok.
Kemudian Tanvetyanon dan Bepler menilai penting untuk menekankan bahwa data ini berlaku untuk suplementasivitamin dan ekstrapolasi untuk makanan yang kaya β-karoten seperti buah-buahan dan sayuran.
Mari kita lihat data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pada 2012, total jumlah perokok di Indonesia mencapai 52 juta jiwa dan terus mengalami peningkatan.
Baca Juga : Kanker Paru-paru dapat Bersembunyi hingga 20 Tahun sebelum Terdeteksi
Sangat mengejutkan melihat data terbaru Kemenkes RI pada 2014, jumlah total perokok di Indonesia telah mencapai 66 juta jiwa (didominasi remaja) dan WHO menempatkan Indonesia sebagai Negara dengan perokok terbanyak di dunia (peringkat 1).
Selain itu, mari kita lihat juga iklan-iklan multivitamin di Indonesia dan fenomena penggunanya. Industri-industri multivitamin bahkan menyebut produknya sebagai “asuransi” untuk mereka yang memiliki pola hidup kurang sehat.
Tren pengonsumsi multivitamin di Indonesia mengalami peningkatan, lebih dari 80% remaja mengonsumsi multivitamin (MARS Indonesia, 2013).
Hasil riset MARS di lima kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan) tahun 2013, sebesar 59,5% remaja mengonsumsi multivitamin secara tidak rutin dan 30,2% secara rutin. Akibat tren ini, kompetisi merek multivitamin di Indonesia semakin sengit.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR