Tolstoy kemudian berkata kepadanya: "Anda sebaiknya pergi. Tidak ada yang ingin saya bicarakan dengan anda."
Kepercayaan Leo Tolstoy kepada Tuhan tercermin dari kata-kata puterinya.
Anak-anak muda sekarang nyeleweng. Sebagian, bukan semuanya. Mereka bisa kembali ke agama dan percaya kepada Tuhan dan mereka akan tahu bahwa Tuhan akan membantunya, kata Nona Tolstoy.
Satu di antara banyak contoh kepercayaan Leo Tolstoy terhadap Tuhan dan bahwa ia tidak suka kekerasan: Setelah Tsar Alexander II dibunuh 1881 oleh sebuah bom teroris di sebuah jalan di Moskou, Tolstoy menulis kepada Tsar baru, Alexander III, untuk minta keringanan hukuman bagi enam revolusioner yang dituduh melakukan pembunuhan itu.
Baca Juga : Jika Sampai Pesawat 'Siluman' F-35 Israel Bertemu Rudal S-300 Rusia di Suriah, Siapa yang akan Menang?
Tsar dan penasehatnya menolak permintaan itu.
Tolstoy tidak mempunyai hubungan baik dengan pemerintah Moskou maupun gereja Russia ortodoks.
Tahun 1851 Count Tolstoy mengenakan pakaian petani dan bekerja di daerah Russia Tengah yang kekeringan. Ia menuduh pemerintah menutup mata untuk para petani yang hampir mati terancam kelaparan.
Setelah "bangkit kembali" Tolstoy dikutuk oleh Pemerintah maupun gereja karena dituduh memanaskan massa yang menderita. Tolstoy diekskomunikasi oleh gereja dan diberi julukan "Tsar kedua" oleh rakyat banyak untuk siapa ia berjuang.
Baca Juga : China dan Rusia Pamer Senjata, AS Bersumpah Kalahkan Kedua Negara Itu dengan Senjata 'Terbarunya'
Pada tahun-tahun terakhir hubungan Tolstoy dengan isterinya Sonya tambah tegang. Isterinya tidak sependapat dengan jalan pikirannya dan menjadi tambah lama tambah tiranik.
"Ibu meninggal dalam pelukan saya" kata Nona Tolstoy. Saya katakan: Ibu, saya tahu ibu sakit. Jawaban ibu: Saya tahu saya menyakiti ayahmu, kau bisa memaafkan saya. Dan kami saling mencium dan menjadi teman sebelum ia meninggal. Saya gembira untuk hal itu.
Menjelang magrib tanggal 28 Oktober 1910, Tolstoy mengambil keputusan untuk meninggalkan isterinya karena ia merasa rumah tangganya sudah berantakan. Waktu itu umurnya 82 tahun. Ia meninggal 10 hari kemudian.
Dikawal oleh anak perempuan dan dokter keluarganya ia menuju ke setasiun kereta api kecil di Astapovo Russia. Di situ ia terpaksa tingga di ranjang, karena demam 40°C.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR