Baca Juga : Kabar Gembira Tiongkok Umumkan Larangan Perdagangan Gading Gajah
Pada 3 Januari 1912, Li Yuanhong terpilih sebagai wakil presiden sementara. Parlemen dan pemerintahan pun dibentuk.
Namun timbul masalah, karena Republik hanya menguasai sebagian dari wilayah negara, terutama di Selatan. Lagi pula Republik tidak memiliki tentara yang dapat mempersatukan seluruh negara. Sun Yatsen harus mengatur siasat.
Pasalnya, menyusul kekalahan-kekalahan dari negara asing, Pemerintahan Qing merombak sistem tentara. Tentara baru itu dibagi menjadi 36 divisi, enam divisi di Utara berada di bawah komando Yuan Shikai, dikenal sebagai tentara Beiyang.
Jadi, jika ingin menguasai Utara, Sun Yat-sen dan kawan-kawan mesti berhadapan dengan Yuan Shikai dan tentara Beiyang-nya. Terjadilah negosiasi antara Republik dan Yuan Shikai.
Baca Juga : Satu Syarat Agar Google dan Facebook Dapat Kembali di Tiongkok
Yuan dibujuk untuk berpihak kepada Republik untuk menurunkan Dinasti Qing, dengan tawaran: jika kolaborasi mereka berhasil, Sun Yat-sen akan menyerahkan posisi presiden sementara Republik Tiongkok kepada Yuan Shikai.
Yuan Shikai menerima tawaran itu. Dengan kekuatan yang ada padanya, Yuan Shikai berusaha melengserkan Kaisar Dinasti Qing.
Pada 12 Februari 1912, dengan sejumlah persyaratan protokoler, Kaisar Dinasti Qing turun tahta. Tamatlah dinasti yang telah berkuasa sejak 1644 itu.
Sesuai persetujuan, pada 14 Februari 1912, Parlemen Republik mengangkat Yuan Shikai sebagai presiden sementara menggantikan Sun Yat-sen.
Baca Juga : 6 Raksasa Internet Ini Masih Diblokir Oleh Pemerintahan Tiongkok
Sun Yat-sen sendiri pada 25 Agustus 1912 membentuk partai baru, Kuomintang atau Partai Nasional. Partai ini akan mengikuti pemilihan umum yang diselenggarakan pada 1913.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR