Sun Yat-sen dikurung di lantai dua, yang jendelanya berterali, menghadap ke belakang rumah. Dua atau tiga orang terus menjaganya, satu di antaranya orang Eropa.
Ia diberi tahu bahwa ia ditangkap atas perintah Kaisar yang menginginkannya hidup atau mati, lalu dibawa dengan kapal kembali ke Tiongkok sebagai "orang gila".
Sun Yat-sen membayangkan, setelah itu, dengkulnya pasti akan dipukul sampai remuk, kelopak matanya dicungkil, dan tubuhnya dicincang. Tidak ada kata ampun bagi pemberontak politik.
Sia-sia ia mencoba menarik perhatian tetangga atau orang yang lewat dengan melempar koin melalui jendela. Bahkan ada koin yang sempat dipungut oleh petugas perwakilan.
Baca Juga : Kisah Katrina Leung, Intelijen Tiongkok yang Obrak-abrik Gedung Putih dengan 'Diplomasi Ranjang'
Pada hari keenam, ia berusaha membujuk penjaga asal Inggris bernama Cole untuk menyelundupkan surat kepada Dr. James Cantlie yang tinggal tidak jauh dari situ. Surat itu sampai kepada Cantlie pada pukul 23.00.
Di dalam surat itu Sun Yat-sen menulis, "Saya diculik di perwakilan Tiongkok pada hari Minggu dan akan diselundupkan ke Tiongkok untuk mati. Mohon cepat tolong saya."
Ada catatan tambahan, "Tolong perhatikan pembawa surat ini demi saya; ia sangat miskin dan akan kehilangan pekerjaannya karena saya."
Cantlie ingin segera bertindak, namun malam minggu itu sebagian besar orang sedang libur. Kantor surat kabar semua kosong. Polisi, bahkan Scotland Yard pun merasa ragu untuk bertindak. Cantlie berinisiatif menempatkan pengawas di perwakilan Tiongkok, khawatir Sun Yat-sen diselundupkan keluar.
Baca Juga : Jejak-Jejak Koki Diplomat Tiongkok di Indonesia
Setelah menempuh bermacam usaha, akhirnya pada hari ke-12, dengan intervensi Departemen Luar Negeri Inggris, Sun Yat-sen dibebaskan dari penculikan. Karena memperoleh sorotan surat kabar, Sun Yat-sen pun jadi terkenal di kalangan internasional.
Sepuluh kali gagal
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR