Baca Juga : Mati Suri dalam Tradisi Jawa: Kematian atau 'Sekadar' Ketidaksadaran?
Saat "sukmanya" melayang-layang di udara, Bunda Ranie seperti mendapat semacam pemahaman.
Pertama, dia harus mencintai dirinya sendiri dulu baru orang lain.
Kedua, dia seolah mendapat pengetahuan tentang obat-obatan yang harus dipakai oleh dokter untuk menolongnya. Dan itulah yang diteriakkannya saat "melayang."
Ketiga, dia harus makin menghargai dirinya sendiri.
Baca Juga : Selama 24 Tahun, Tubuh Pria Ini Sangat Kaku Seperti Kayu Bahkan Pernah Mati Suri Tiga Kali
Akhirnya, Bunda Ranie selamat, tersadar, dan pulih dari mati surinya.
Namun kondisi fisiknya masih mengkhawatirkan. Di Rumah Sakit Husada, Jakarta, dibentuk tim untuk memberikan pertolongan lanjutan.
Tim dokter harus mengoperasi dan membuang lambung Bunda Ranie yang sudah 100 persen rusak.
Operasi dilakukan pada 6 Februari 2006. Bunda Ranie diberitahu bahwa lukanya baru bisa pulih setelah 21 hari.
"Tapi saya katakan pada tubuh saya (sugesti ke diri sendiri) bahwa 21 hari terlalu lama, kita akan sembuh dalam waktu 3 hari," kenang Bunda Ranie.
Wanita tegar ini dirawat selama 395 hari dan selama itu ditemani suami serta anak-anaknya.
Penulis | : | intisari-online |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR