Di tempat ini mereka langsung praktek dan menerapkan ilmu. Yang menarik, mereka bisa ikut terbang. "Saya bisa menerbangkan pesawat, gara-garanya ketika di skuadron diajak dan diajari terbang," cerita Raman. Inilah kelebihan dokter penerbangan militer.
Baca Juga : Gara-gara Ulah Pesawat Jet F-16, Nelayan Jepang Minta Ganti Rugi Rp12 Miliar kepada Amerika
Di pangkalannya, seorang dokter penerbangan harus selalu mendampingi pilot. Karenanya, ia dituntut untuk selalu sehat. Saat pilot menerima briefing, ia juga harus hadir.
"Para penerbang berlatih melulu, berlatih bertempur di udara, membom, nembak. Jadi saya seperti memelihara petinju-petinju," kenang Raman.
Menjelang penerbang mengangkasa, ia wajib memeriksa kondisi fisik dan mental si pilot. "Kalau sedang pilek, pilot tidak boleh menerbangkan pesawat. Apalagi kalau telah minum pil, wah bahaya, reaksinya jadi lambat!" jelas Raman menggebu-gebu.
Menurut bapak dari seorang puteri dan dua putera ini, kecelakaan penerbangan juga banyak dipengaruhi oleh kejiwaan. Penerbang yang sedang marah atau terbelit masalah bisa-bisa melakukan take off atau landing sembarangan.
Baca Juga : Konflik AS-Turki : Saat F-16 Jadi Simbol Kedekatan, F-35 Justru Jadi Simbol ‘Perceraian’.
Belum lagi menghadapi pengaruh ketinggian terhadap tubuhnya, karena semakin tinggi ia terbang, suhu udara makin dingin, tekanan dan oksigen udara pun menurun.
Bila perbedaan itu besar sekali penerbang bisa menderita bazotrauma (kerusakan telinga bagian tengah atau eustachian tube akibat perubahan tekanan udara dalam penerbangan) ataupun hipoksia (kekurangan oksigen di dalam jaringan).
Supaya tidak cenut-cenut
Apalagi kalau 'pasien' dokter penerbangan itu harus 'nunggang' pesawat tempur F-16 yang bisa mencapai ketinggian 50.000 kaki (± 15.240 m). Pada ketinggian itu, dia tidak hanya memperhitungkan adanya barotrauma dan hipoksia, tetapi kondisi gigi si pilot pun harus diperhatikan supaya tidak cenat-cenut di udara.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR