Tidak hanya di Jakarta, tetapi juga hingga Malaysia.
Dia berangkat ke Malaysia pada 22 Januari 2018 setelah mendengar ada rumah sakit berkualitas yang menjadi rujukan rekannya ketika sakit kanker paru.
"Di Rumah Sakit Mahkota Melaka, saya diperiksa berdasarkan hasil CT Scan di Jakarta. Saya di Jakarta CT Scan pada 16 Januari 2018. Saya dibiopsi," ucap Sutopo Purwo Nugroho.
Di Malaysia, Sutopo Purwo Nugroho menjalani ulang tes sinar X yang hasilnya memang terdapat benjolan di paru-paru.
Biopsi untuk mengambil sampel jaringan kanker paru-paru pun ia dapatkan.
Sampel tersebut dianalisis di Kuala Lumpur. Pihak Rumah Sakit Mahkota Melaka menjanjikan proses tersebut rampung selama dua minggu.
"Hasil lab ini untuk menentukan obatnya apa. Dokter Malaysia minta saya dikemo. Udah mau dikemo harusnya, tapi urung dilaksanakan," tutur Sutopo Purwo Nugroho.
Rencana untuk kemoterapi pada 25 Januari 2018 dibatalkan setelah berdiskusi dengan istri.
Sang istri memintanya mempertimbangkan ulang karena khawatir dampak mual muntah setelah kemoterapi.
Sang istri memintanya berobat di Jakarta karena dari segi pelayanan dan kualitas tidak kalah dengan di Jakarta.
Selain itu, apabila kemoterapi tetap dilakukan di Malaysia, Sutopo Purwo Nugroho harus mengurusi kebutuhan pribadinya sendiri padahal kemoterapi berdampak pada penurunan stamina.
Jarak dan waktu tempuh Malaysia dan Jakarta turut masuk dalam faktor dibatalkannya kemoterapi di Malaysia.
"Tanggal 25 Januari 2018 pagi, saya pulang ke Indonesia. Di Indonesia, awal Februari 2018 saya ke Rumah Sakit Dharmais, yang menjadi rujukan kanker," kata Sutopo Purwo Nugroho.
Di rumah sakit kanker nasional tersebut, Sutopo Purwo Nugroho mendapat tindakan PET-Scan untuk memeriksa organ tubuh hingga ke tulang-tulang.
Dokter memintanya menanti perkembangan pemeriksaan dari Malaysia. Proses analisis EFGR memang butuh waktu lebih dari tiga mingguan, bisa sampai empat minggu.
"Saat ini masih tindakan disinar. Kalau untuk kemoterapi harus atau enggak, masih menunggu hasil EFGR dari Malaysia," ujarnya.
Selain pengobatan medis, Sutopo Purwo Nugroho juga mengambil opsi alternatif yakni pengobatan herbal.
Setiap hari, ia meminum jus racikan sang istri yang terbuat dari aneka rempah dan sayuran.
Jus tersebut biasanya berisi bawang putih hitam, buah naga, wortel, dan campuran rempah lain.
Source | : | Kompas.com,Twitter,Tribunnews.com |
Penulis | : | Adrie Saputra |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR