Jarak terbang yang akan kami tempuh kira-kira 500 km, sekitar 2 jam terbang ke arah barat daya.
Baca Juga : Layaknya 'Crane' Terbang, Helikopter Raksasa AS Ini Mampu Angkut Benda yang Sangat Berat Sekalipun
Pandangan ke depan gelap. Kami benar-benar sangat tergantung pada instrumen helikopter. Untuk navigasi di sekitar daerah ini hanya ada automatic direction finder (ADF) yang bisa membantu.
Kami punya dua di pesawat ini. Sinyal-sinyal VOR dan DME (alert penunjuk arah dan jarak) tidak bisa kami terima, karena kami berada terlalu jauh dari stasiunnya dan terbang terlalu rendah.
Tentu kami punya kompas magnetik sebagai pembanding. Kami hanya bisa berkomunikasi dengan operator radio di Kakap atau Matak.
Detil rencana terbang, arah, kecepatan, dan ketinggian serta perkiraan kami sampai pada titik-titik tertentu saya sampaikan pada operator radio itu. Ini perlu sekali dia ketahui.
Seandainya kami kehilangan kontak, dia tetap mengetahui kira-kira lokasi kami pada jam-jam tertentu. Atau, kalau kami hilang, paling tidak, bisa diketahui jejak kami.
Cuaca ke Barat Daya, seperti tadi, tidak begitu bersahabat. Di radar terbaca, antara Kepulauan Anambas dan Semenanjung Malaysia turun hujan berkelompok.
Sekitar pukul 02.00 kami terpaksa turun dari 4.000 kaki sampai hanya 500 kaki di atas permukaan laut.
Karena terlalu rendah, kami kehilangan kontak radio dengan siapa pun. Seperti layang-layang putus tali saja rasanya.
Alat navigasi ADF juga tidak menerima sinyal. Radar memancarkan warna merah berkejap-kejap menunjukkan hujan deras sekitar 50 km di depan.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR