Baca Juga : Kalah dalam Perang Vietnam, AS Terpaksa Buang Puluhan Helikopter ke Laut, Kenapa?
Di anjungan mereka bekerja bergiliran 24 jam sehari. Karena itu, malam hari pun kami ikut siaga, berjaga-jaga seandainya ada kecelakaan kerja, seperti malam itu.
Terbang buta
Menerbangkan helikopter di malam hari berisiko tinggi. Hanya dalam keadaan darurat kami boleh melaksanakannya.
Sebenarnya penerbangan malam itu tidak wajib. Tanggung jawab morallah yang memaksa kami melakukannya.
Tentu saja setelah memperhitungkan faktor-faktor keselamatan, seperti cuaca, jarak terbang, jenis pesawat, dan alat-alat navigasi yang tersedia.
Di samping itu, yang sangat penting dan sulit dinilai adalah kemampuan pilot itu sendiri.
Baca Juga : Bayi Ini Tak Sabar Lahir dalam Helikopter yang Membawanya ke Rumah Sakit
Untuk menyelamatkan insinyur naas tadi, saya dan Kapten Eko merencanakan penerbangan kami berikut alternatif-alternatifnya.
Persis malam hari, kami lepas Iandas menembus kegelapan. Saya bertindak sebagai pimpinan penerbangan dan Kapten Eko sebagai ko-pilot.
Saya yang mengendalikan pesawat. Kapten Eko akan mengawasi tindakan-tindakan saya, mencatat kemajuan misi, memonitor instrumen dan memberikan laporan posisi serta keadaan penerbangan pada operator radio.
Helikopter yang kami terbangkan, Sikorsky S-76 A, cukup lengkap dan canggih. Mesinnya mampu menerbangkannya 3 jam lebih dengan kecepatan rata-rata 270 km/jam.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR