"Masya Allah! Bagaimana kalau saya mengganco lalu memotong tangan anak itu dalam salju ini!" pikirnya. Makin lama makin banyak orang berdatangan mau menolong.
"Kawan-kawan yang masih segar! Maju kemari!" kata Patryk.
Baca Juga : Setelah Salju Turun di Gurun Sahara, Kini Salju Juga Turun di Salah Satu Gurun di Arab Saudi
Dengan cepat orang-orang bergantian menggali dan menyerahkan hasil galiannya ke orang di belakangnya. Ada pula yang menerangi tempat dengan lampu baterai.
Pukul 16.22
Pilot Walter Strolz (36) tergabung dalam skuadron pesawat penyelamat Alpen di bawah Kementerian Dalam Negeri. Sudah enam jam ia siap dengan helikoptemya "Libelle". Ketika ia hendak terbang ke Galtur, tempat ia akan menginap dan memarkir helikoptemya malam itu, tiba-tiba ada berita radio, "Badai raksasa dan tanah longsor telah terjadi di Valzur!"
Ia mendarat darurat di Ischgl. Polisi Alpen dan pakar badai Stefan Jungmann naik ke helikopter, dan ikut terbang ke Valzur. Ia minta diterbangkan langsung ke tempat badai.
Baca Juga : Bukan Salju Putih, Melainkan Salju Hitam yang Turun di Salah Satu Kota di Kazahkstan Ini, Apa Penyebanya?
Dengan cekatan mereka turun, dan helikopter terbang lagi. Sebenarnya pekerjaan gila, itu! Tetapi pilot Strolz terbang ulang alik 12 kali mendaratkan pasukan penolong di tempat itu. Di antaranya ada pawang anjing pelacak-Gunther Walser, dengan anjing Munsterlandernya, Arko.
Susanne dan Helmut Walter diungsikan oleh beberapa tetangganya ke tempat yang lebih aman. Mereka ditempatkan di kamar belakang Villa Wipas.
Pukul 16.30
Tipis harapannya akan menemukan Alex hidup-hidup. Gunther Walser mengerahkan anjing pelacaknya. Setelah mencium kian kemari, anjing itu berhenti di pojok paling belakang, di bawah tangga.
Para penolong bersemangat lagi. Mereka menusukkan tongkat pelacak berhati-hati ke dalam salju, dan menggali lebih lanjut.
Tiba-tiba salah seorang menusuk sesuatu yang lunak. Itulah Alexander. Cepat-cepat anak yang meringkuk itu dibebaskan. Seorang dokter memeriksa detak pergelangan tangannya, tetapi tidak merasakan detak sama sekali.
"Sudah meninggali" katanya. Tetapi Alex kemudian merintih. Suhu badannya hanya 31°C. Jadi harus dirawat di rumah sakit.
Pilot Walter diberi tahu melalui radio. Pesawatnya telah diparkir di Galtur dan sebenarnya tidak boleh terbang lagi karena hari sudah gelap. Tetapi siapa yang menghiraukan peraturan itu dalam keadaan darurat begini?
Lima menit kemudian, Libelle tinggal landas. Tetapi membawa Alex ke rumah sakit di Zams terlalu besar risikonya. Karena itu, ia diterbangkan ke Galtur. Di sana akan disiapkan rumah sakit darurat, bekas gelanggang tenis tertutup.
Baca Juga : Dikenal Sebagai Salah Satu Tempat Terpanas di Bumi, Mengapa Gurun Sahara Justru Diselimuti Salju?
Pukul 18.10
Pintu kamar belakang Villa Wipas tiba-tiba dibuka. George Walter, adik Helmut, menyerbu masuk. "Alex hidup!" teriaknya. Kakaknya langsung memeluknya gembira. Susanne menangis, dan mendekap David lebih erat.
Kemudian telepon genggam Helmut berdering. Suara paman dari Galtur memberitahukan, ia sudah di rumah sakit darurat menunggui Alex. Dua jam lamanya para dokter berjuang untuk memulihkan Alex lagi.
Suhu badannya dinaikkan pelan-pelan dengan selimut panas, sampai mencapai 36,5°C. Detak pergelangan tangannya kini makin jelas. Pernapasannya lebih teratur.
Esok harinya baru ia diterbangkan ke Rumah Sakit St. Vincent di Zams. Orang tuanya menemuinya pada hari Kamis, esok harinya.
Untuk sementara, anak itu tinggal bersama ibunya di rumah kakeknya di Karnten. Tentang kecelakaan salju longsor, ia tidak ingat lagi. Ayahnya tinggal bersama teman-temannya di Valzur. Baru musim semi ia akan membangun kembali rumahnya yang porak poranda. (Stern/ss)
Baca Juga : Bagaimana Boneka Salju Menjadi Budaya dan Simbol Kegembiraan Musim Dingin, Juga Natal?
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR