Diiringi kidung para pendeta dan gemerincing bel, di Kuil Karnak anak kecil berusia enam tahun itu ditahbiskan oleh sang raja sebagai calon penerus. Untuk sementara para pendeta merasa menang.
Tidak lama kemudian Thutmosis II wafat karena penyakit cacar. Entah pergumulan apa yang terjadi, pada 1 Mei 1490 SM, saat Thutmosis III resmi naik tahta, yang berdiri di sebelah firaun kecil itu sebagai wali raja adalah Hatschepsut. Bukan pendeta.
Segera setelah itu, Hatechepsut melakukan beberapa inanuver politik yang dipandangnya perlu. Ia mengangkat Hapuseneb dan Puimre sebagai pendeta tertinggi dan mendesak mereka untuk membuat ramalan baru.
Tentu ramalan yang memang ia inginkan, yaitu bahwa Dewa Amun menganugerahkan kehormatan kerajaan ini kepada Hatschepsut.
Akhimya jalan menuju takhta terbuka. Dengan pakaian kebesaran seorang firaun, dagu berhias "janggut domba" (lambang gembala), tangan memegang cambuk dan tongkat gembala, Hatschepsut dinobatkan sebagai penguasa Mesir. Seorang firaun.
Meski tanggal penobatan tidak tercatat, sejak saat itu nama Hatschepsut dapat ditemukan dalam inskripsi yang berornamen lingkaran, lambang firaun sebagai pusat kosmos. Nama resmi Hatschepsut adalah Maatkare.
Ia tidak merebut takhta seperti sering disebut-sebut. Bahkan ia berkuasa atas restu Thutmosis, firaun yang harus ditaati semua, termasuk para pendeta.
Membangun kuil untuk makamnya sendiri
Baca Juga : Penelitian Terbaru Tunjukkan bahwa Firaun Ramses III Meninggal dengan Luka-luka Parah
Maka mulailah ia membangun kembali segala yang honcur di masa penjajahan orang-orang Asia (termasuk bangsa Hyksos). Diperbaikilah patung dan kuil-kuil. la pun membangun dua buah monumen di Kuil Karnak. Ia bahkan membangun kuil untuk makamnya sendiri di Deir-el-Bahri. .
Wanita cerdas ini memodernisasi lembaga-lembaga negara, membuat kerajaan stabil, baik ke dalam maupun keluar." Meski tidak menyukai peperangan, ia tetap waspada dan mempersenjatai tentaranya secara lengkap.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR