Aidit juga berpesan kepada Sobron untuk selalu mendengarkan radio. Radio mana saja. Australia, Jepang, Amerika Serikat, dan tentu saja Jakarta yang paling utama.
“Ikuti situasi tanah air. Dan harus pandai menyaring berita, selalu harus saling konsulitasi antarteman…”
Baca Juga : Begini Suasana di Penjara Madiun yang Dipenuhi Tahanan Politik 'Korban' Orde Lama ketika Terjadi G30S
Sejatinya masih banyak lagi yang disampaikan kepada adiknya itu, laiknya sebuah briefing informasi yang pokok dan sangat penting.
Seketika itu Sobron juga sadar, semua kata-kata Aidit adalah pesan politik—alih-alih pesan seorang kakak kepada adiknya.
Tak lupa, Aidit juga mengajaknya makan malam. Tentu saja Sobron sangat gembira karena masih punya kesempatan bertemu dengan saudara kesayangannya itu.
Yang tidak disadari Sobron adalah bahwa pertemuan Agustus 1965 itu nantinya akan menjadi pertemua terakhirnya dengan Aidit.
Setelah itu, Aidit raib entah ke mana, bahkan sampai sekarang tak seorang pun tahu di mana ia dikuburkan.
“Sungguh menyedihkan dan sungguh tragis,” tulis Sobron.
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR