Pada saat itulah, untuk pertama kali Adolf Hitler mengutarakan akal sehatnya, pada 17 Mei 1933, beberapa bulan setelah pengangkatannya ke pos Reich Chancellor.
Ia menyampaikan pidatonya di Reichstag Jerman yang mencakup bagian-bagian berikut:
“Jerman akan siap untuk membubarkan seluruh kekuatan militernya dan menghancurkan sejumlah kecil senjata yang tersisa untuknya, jika negara-negara tetangga akan melakukan hal yang sama dengan ketelitian yang sama."
“... Jerman juga sepenuhnya siap untuk melepaskan senjata agresif dari segala jenis. Jika negara-negara bersenjata, pada bagian mereka, akan menghancurkan senjata agresif mereka dalam jangka waktu tertentu, dan jika penggunaannya dilarang oleh konvensi internasional."
“... Jerman siap kapan saja untuk melepaskan senjata agresif jika seluruh dunia melakukan hal yang sama. Jerman juga siap untuk menyetujui pakta non-agresi yang serius karena dia tidak berpikir untuk menyerang siapa pun, tetapi hanya untuk mendapatkan keamanan. ”
Anehnya, dalam pidatonya tersebut, tidak ada jawaban dari pihak manapun, alih-alih jawaban percayapun tidak.
Baca Juga : Kisah Cinta Kasih yang Berakhir dengan Mimpi Buruk: Semua Berawal dari Ibu yang Meninggalkannya
Negara lain justru semakin seibuk mengisi gudang senjata mereka, menumpuk bahan peledak dan meningkatkan jumlah pasukan mereka.
Pada saat yang sama, Liga Bangsa-Bangsa, instrumen kekuatan-kekuatan yang menang, menyatakan bahwa Jerman harus terlebih dahulu menjalani masa "masa percobaan."
Hal itu dilakukan sebelum kemungkinan untuk membahas tentang perlucutan senjata negara-negara lain.
Pada tanggal 14 Oktober 1933, Hitler mengundurkan diri dari Liga Bangsa-Bangsa, yang tidak mungkin mencapai suatu kesepakatan.
Namun tidak lama kemudian, pada 18 Desember 1933, dia maju dengan proposal baru untuk peningkatan hubungan internasional, proposal ini termasuk enam poin berikut:
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR