Advertorial

Kasus Kelahiran Bayi Bermata Satu, Bagaimana Penjelasan Medisnya?

Muflika Nur Fuaddah
Moh. Habib Asyhad
Muflika Nur Fuaddah
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com- Pada Kamis (13/9/2018), bayi bermata satu lahir di Panyabungan, Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Kelahiran bayi bermata satu ini membuat masyarakat geger.

"Benar, tadi siang sudah kami lihat. Kondisinya sangat memprihatinkan," kata Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Mandailing Natal, Syarifuddin Nasution sebagaimana dilansir Tribunnews.com, Jumat (14/9/2018).

Selang delapan jam setelah dilahirkan bayi perempuan itu pun meninggal dunia di RSU Panyabungan.

Baca Juga : 8 Fakta Bayi Bermata Satu di Mandailing Natal, Saat Lahir Tidak Menangis

Namun jika ditilik dari segi medis, kondisi apakah sebenarnya ketika bayi terlahir dengan satu mata?

Dilansir dari Health Line, kondisi ini disebut dengan cyclopia yang terjadi ketika bagian depan otak tidak membelah menjadi belahan kanan dan kiri.

Gejala paling jelas dari cyclopia yakni kepemilikannya pada hanya satu mata.

Bayi dengan cyclopia biasanya juga tidak memiliki hidung, tetapi pertumbuhan mirip hidung kadang berkembang di atas mata saat bayi dalam kandungan.

Baca Juga : Ironi Kota Terkaya di Dunia - Penduduk Miskin Terpaksa Tinggal dalam Kamar Serupa Kandang Hewan

Cyclopia sering menyebabkan keguguran atau kematian setelah dilahirkan.

Ini dikarenakan kondisi yang tak dapat menyesuaikan dengan kehidupan.

Cyclopia, juga dikenal sebagai alobar holoprosencephaly, terjadi pada sekitar 1 dari 100.000 bayi baru lahir.

Apa yang menyebabkan ini?

Baca Juga : Gunakan Jenazah Manusia, Perusahaan Swiss Membuat Berlian yang Harganya Sangat Mahal, Bagaimana Bisa?

Penyebab cyclopia tidak dipahami dengan baik.

Cyclopia adalah jenis cacat lahir yang dikenal sebagai holoprosencephaly.

Itu berarti otak depan dari embrio tidak membentuk dua belahan yang sama.

Otak depan seharusnya memiliki belahan otak, thalamus dan hipotalamus.

Baca Juga : Inilah Biaya per Semester di UGM, ITB, dan UI 5 Tahun ke Depan, Ada yang Rp60 Juta!

Para peneliti percaya bahwa beberapa faktor dapat meningkatkan risiko cyclopia dan bentuk-bentuk lain dari holoprosencephaly.Salah satu faktor risiko yang mungkin adalah diabetes gestasional.

Untuk beberapa bayi dengan cyclopia, penyebabnya diidentifikasi sebagai perubahan dengan gen tertentu.

Perubahan ini menyebabkan gen dan proteinnya bertindak berbeda, yang memengaruhi pembentukan otak.

Bagaimana dan kapan didiagnosis?

Baca Juga : Angin Topan Hebat Diperkirakan Menyerang Hongkong, Toko-toko Jadi Kehabisan Lakban, Kok Bisa?

Cyclopia kadang dapat didiagnosis dengan menggunakan ultrasound saat bayi masih dalam kandungan.

Kondisi ini berkembang antara minggu ketiga dan keempat kehamilan.

Ketika ultrasound mendeteksi kelainan, tetapi tidak dapat menyajikan gambar yang jelas, dokter dapat merekomendasikan MRI janin.

Jika cyclopia tidak didiagnosis di dalam rahim, dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan visual bayi saat lahir.

Baca Juga : Dokumen Rahasia Mengungkap, Militer Israel Tidak Siap untuk Berperang

Cyclopia mungkin merupakan sifat yang diturunkan.

Orang tua bayi dengan kondisi ini harus memberi tahu anggota keluarga terdekat yang mungkin memulai keluarga tentang kemungkinan peningkatan risiko cyclopia atau bentuk holoprosensefali lain yang lebih ringan.

Tes genetik untuk orang tua dengan risiko yang lebih tinggi sangat dianjurkan.

Ini mungkin tidak memberikan jawaban yang pasti, tetapi percakapan dengan konselor genetik dan dokter anak tentang masalah ini adalah penting.

Baca Juga : Rencana Gila Adolf Hitler: Membantai 4 Juta Penduduk Moskow dan Menjadikannya Danau

Artikel Terkait