Air seakan-akan dicurahkan dari larigit. Jalah-jalan dan rumah-rumah kebanjiran. Namuri, pohon-pohon yang meranggas bertunas lagi, dan lapangan itu tiba-tiba saja berselimut rumput hijau.
Miskin tapi bahagia
Rijswijk (Jl. Majapahit - Red.), Noordwijk(Jl.Ir.H. Juanda), dan Molenvliet (Jl. Gajah Mada dan Jl. Hayam Wuruk) merupakan daerah perdagangan di Batavia yang kesannya lebih Eropa daripada Koningsplein. Namun, ada juga unsur Jawanya.
Sejajar dengan Noordwijk ada kanal yang mengingatkan pada gracht di Amsterdam. Airnya hijau kecoklatan. Di atas kanal itu ada jembatan-jembatan.
Baca Juga : Sepenggal Kisah Gemerlap Nyonya Sosialita di Batavia Zaman VOC
Di kanal itu perahu-perahu membawa barang dan menyeberangkan orang. Perahu itu memiliki bagian yang beratap.
Pemilik dan keluarganya tidur dan memasak di perahu. Ada juga rakit-rakit bambu yang ujungnya mencuat ke atas.
Wanita-wanita pribumi yang rambutnya hitam lebat, panjang, dan masih basah sehabis mandi di kanal, naik ke tepi.
Sementara itu para penjaja makanan mangkal di bawah pohon asam yang tumbuh sepanjang kanal. Ada yang berjualan kue, buah, maupun minuman manis.
Di sisi jalan terdapat bungalow-bungalow berkapur putih dan memiliki kebun. Kebunnya tidak subur dan jalannya berdebu.
Di pojok-pojok jalan ditemukan sado. Kusirnya memakai semacam rompi berbunga-bunga. Tiap seperempat jam lewat trem uap dengan suara bising di sepanjang kanal.
Gerbong kelas tiga "kereta setan" itupenuh sesak dengan penduduk pribumi.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR