Advertorial

AS Terancam Badai Florence: Ini Sejarah dari Cantiknya Nama-nama Badai

Ade Sulaeman
,
Moh Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com -Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan peringatan akan datangnya badai Florence yang masuk dalam badai kategori 4 (tergolong badai besar) pada Selasa (11/9/2018).

Lebih dari 1 juta penduduk Amerika Serikat kini tengah dilanda ketakutan sekaligus kebingungan.

Sebab, mereka harus menghadapi pilihan antara tinggal di rumah menghadapi terjangan badai, atau berjibaku dengan lalu lintas yang padat untuk berkendara guna menyelamatkan diri.

Badai Florencediperkirakan akan menghantam daratan AS dengankecepatan angin tinggi disertai curah hujan lebat sehingga dapat menyebabkan kerusakan besar di sebagian wilayah AS bagian tenggara dan Atlantik tengah.

Baca Juga : Polisi Dikabarkan Akan Razia Besar-besaran Sebulan ke Depan, Ini Penjelasan Resmi Polri

Sekitar satu tahun sebelum badai Florence menghantui warga AS, Amerika Serikat juga sempat dilanda badai besar Maria.

Badai mematikan ini menyebabkan korban meninggal dunia mencapai 2.982 jiwa.

Jauh sebelumnya, pada 2011, Amerika juga mendapat serangan topan yang begitu dahsyat, namanya Katrina. Disusul kemudian badai Sandy pada 2012.

Ribuan nyawa menjadi tumbal keganasan topan-topan ganas tersebut.

Baca Juga : Mulai Sekarang, Jangan Buang 'Boarding Pass' Kereta Api Anda, Bisa dapat Tiket Gratis!

Katrina, Sandy, Yolanda, Ophelia, atau Paula, sekilas merupakan nama-nama cantik dan mudah diingat.

Begitu pula dengan nama-nama badai tropis Atlantik yang 'disiapkan' untuk 2018:Alberto, Beryl, Chris, Debby, Ernesto, Florence, Gordon, Helene, Issac, Joyce, Kirk, Leslie, Michael, Nadine, Oscar, Patty, Rafael, Sara, Tony, Valerie, dan William.

Sangat bertolak belakang dengan sifat topan yang merusak lagi meluluhlantakkan.

Sebenarnya, kenapa nama-nama itu dipilih untuk menjadi nama sebuah topan? Apakah itu asal bunyi saja?

Baca Juga : Jonatan Christie Ternyata Punya Niat 'Nakal' Saat Ngepel di Lapangan, Ini Pengakuannya

Berawal dari nama-nama santa

Penamaan badai sejatinya sudah ada jauh-jauh hari. Masyarakat di seputaran Karibia sudah menggunakan nama-nama “aneh” untuk menyebut topan-topan tersebut, meski terkesan sangat serampangan.

Dalam bukunya Hurricane, Ivan R Tannehill, seorang letnan yang banting setir menjadi ilmuwan cuaca, mengatakan bahwa awal penamaan badai banyak terinspirasi dari nama-nama santa perempuan dalam agama Katolik.

Lebih tepatnya adalah santa-santa yang tanggal lahirnya berdekatan dengan tanggal terjadinya badai yang bersangkutan.

Nama Santa Ana, milsanya, dipilih untuk menyebut badai yang terjadi pada 26 Juli 1825 di Puerto Rico.

Amerika Serikat pernah mengusulkan menggunakan titik koordinat untuk menentukan nama badai, tapi itu gagal karena dianggap terlalu rumit.

Alasannya karena metode identifikasi ini rumit dan sistem radio cukup membingungkan yang lebih banyak menyebabkan kesalahan.

Revolusi penamaan badai terjadi di awal tahun 1950-an. Pada 1953, para peramal cuaca mulai menggunakan nama-nama perempuan.

Sistem ini kemudian diadopsi oleh Natioan Hurricane Center untuk memberi nama-nama badai di wilayah Atlantik.

Sistem pemberian nama lantas disempurnakan pada 1979. Tidak hanya nama-nama perempuan, tapi juga nama-nama laki-laki, dengan sistem alfabetik.

Nama-nama yang berawalan Q, U, X, Y, dan Z tidak digunakan. Belum ditemukan alasan pasti kenapa nama-nama dengan awalan huruf tersebut diabaikan.

Jadi, tiap tahun ada 21 jatah nama. Apabila badai yang terjadi melebihi jumlah nama, selanjutnya akan didasarkan pada aksara Yunani; Alpha, Beta, dan seterusnya.

Misal untuk nama-nama badai 2012: Alberto, Beryl, Chantal, Ernesto, Sandy (terparah), Joyce, dan lain sebagainya.

Selalu dirotasi

Otoritas pemberian nama badai berada di bawah kuasa badan meteorologi dunia, Word Meteorogical Organization.

Badan ini bertugas memperbarui enam wilayah cuaca di dunia dengan Amerika Serikat sendiri dibagi menjadi beberapa wilayah: utara, tengah, dan Karibia.

Nama-nama tersebut akan dirotasi setiap 6 tahun. Nama-nama yang memakan banyak korban akan diabaikan dan diganti dengan nama-nama baru.

Nama-nama tersebut akan dipilih melalui pemungutan suara yang dilakukan oleh WMO.

Selain itu, nama-nama itu juga harus sesuai dengan visi awal pemberian nama badai, di antaranya:

  1. Bisa membantu mengidentifikasi setiap siklon dengan mudah.
  2. Bisa membantu masyarakat sepenuhnya sadar atas perkembangan badai.
  3. Mempermudah media lokal atau internasional untuk fokus terhadap satu siklon.
  4. Tidak membingungkan masyarakat.
  5. Mudah diingat.
  6. Kemampuan untuk menjangkau masyarakat luat lebih cepat.
Jadi, jangan pernah pernah terkecoh dengan nama-nama badai yang cantik-cantik itu.

Baca Juga : Pernah Pakai Dolar untuk Tisu Toilet, Mantan Negara Kaya Ini Kini Sengsara karena Penduduknya Gemar Foya-foya

Artikel Terkait