Setelah itu ia pernah menjadi koki pada Wisma Afrika Selatan di London selama beberapa waktu, sebelum masuk istana. Ia juga ahli gizi. Mungkin saya masih lupa beberapa keahliannya.
Baca Juga : Mengenang Kembali Sutan Sjahrir yang Berjuang di Masa Kolonial Belanda dan Sesudah Kemerdekaan Indonesia
Dicari koki
Tahun 1956 di sebuah koran Den Haag ada iklan kecil yang tidak menyolok sama sekali: “Dicari koki berpengalaman yang dapat bekerja berdikari. Gaji baik. Peraturan liburan dan hari-hari bebas yang baik. Pekerjaannya hanya memasak. Pembantu cukup di dapur. Surat-surat harap dialamatkan pada nomer …"
Wilhelmina Meyer menjawab iklan tersebut bersama dengan 78 orang lain di Negeri Belanda. Ia yang terpilih.
Dari iklan itu sama sekali tidak tampak siapa yang memerlukan koki, tetapi ia menerima surat dari kepala rumah tangga istana J.C. Beerman. Nyonya ingin bertemu pribadi dengan saudara di Noordeinde 70 masuk dari Koningspoort. Pada permulaan gerbang itu akan Sdr. baca tulisan: Kantor kepegawaian dsb. Ia diterima.
Mengenai apa yang disebut “gaji baik" itu saya melihat surat sbb: Dari biro keuangan yang mulia Puteri Welhelmina. Diterima dari yang mulia Putri Wilhelmina melalui kepala bino, sejumlah 252 gulden 78 sen. Gaji untuk bulan Agustus 1957 (termasuk kompensasi sewa) f 293,34 pajak penghasilan, f 6,16 premi dana sakit, f 19,55 premi AOW. Sisa f 252,78. Ny. WG. Meyer.
Baca Juga : Peninggalan Belanda, Rumah Antik Menteri Susi yang Satu Ini Dianggap Angker
Ia diperkenalkan dengan Puteri. Ia mengatakan: Ny. Meyer, semua harus dimasak lunak karena gigi saya kurang baik. Puteri juga mengatakan: Maksudnya nyonya bekerja satu minggu dan libur seminggu. “Tidak Puteri. Saya tidak mau" kata Ny. Meyer.
“Tetapi selamanya begitu disini" jawab Puteri dari Oranye. “Saya tidak mau Puteri, Nanti saya masak enak sekali selama seminggu, minggu berikutnya kesan itu akan dirusak oleh orang lain, kata Wilhelmina Meyer. “Kalau saya sekali sebulan dapat bebas sesorean, saya sudah anggap cukup".
Puteri Wilhelmina dapat menghargai sikap itu. Mulailah Ny. Meyer tinggal di istana het Loo. Setiap pagi ia menulis saran menu untuk hari itu di atas secarik kertas. Ia menulis dengan tinta. Puteri kemudian membuat koreksi dengan potlot.
Saya melihat puluhan catatan semacam itu minggu ini. Ada salah satu yang misalnya tulisan putri Wilhelmina : Tolong ercisnya digodok lebih lama supaya lunak betul. Atau Saya pesan perenmoes (semacam bubur buah peer yang halus sekali), jadi bukan appelmuoes tetapi buah pir. Besok pagi makan siang harus ada perenmoes.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR