Tetapi itu tidak perlu lagi, karena ia hanya sebatang kara dan katanya, “Saya mempunyai tiga dokter: dokter tenang, dokter gembira dan dokter tahu batas."
Ia hanya mempunyai satu sumber kesedihan. Lutut kanannya mengalami arthrose hebat sedangkan dengan kaki kirinya ia hanya dapat naik tangga dengan susah payah. Satu-satunya keinginan sekarang ialah agar ia dapat memperoleh tempat tinggal di mana ia tidak usah naik turun tangga, karena ia tetap ingin menikmati hidup.
Baca Juga : Dari Hindia Belanda Hingga Menjadi Indonesia, Ternyata Beginilah Asal-usul Nama Indonesia
Sampai saat itu ia masih belum berhasil mendapatkan rumah semacam itu biarpun ia sudah mempunyai keterangan dokter.
Yang paling disukai ialah andaikata ia dapat tinggal dengan seorang pria atau wanita tua, yang bisa dirawat, karena ia tidak merasa terlalu tua untuk bekerja. Untuk rekan serumah itu bekas koki istana itu juga masih bersedia untuk memasak.
Orangnya menyenangkan
Hari itu hari yang menyenangkan waktu saya berkunjung ke Ny. Meyer. Rasanya bukan kerja lagi. Ia tidak menyebut penyakit arthrosenya lagi. Ia hanya bicara tentang kehidupan yang bisa dinikmati andaikata ia dapat tinggal di rumah tingkat lebih rendah.
Segala macam yang pernah dilakukan oleh wanita tersebut selama hidupnya. Ia dilahirkan di Indonesia dari ayah Belanda dan ibu Perancis. Pada usia 30 tahun ia sudah kawin dan cerai dua kali. Ia tidak menangis.
Baca Juga : Belum Dianggap Merdeka dan Kunjungan Suharto ke Belanda Diremehkan, Benny Moerdani pun Mengamuk
Ia hanya kerja melulu. Satu-satunya anak yang dikandung, lahir mati setelah mengalami operasi caesar.
Ia pernah menjadi pemegang buku dan penulis surat dalam bahasa asing. la belajar membuat kopi di Wina. Di Brussel ia belajar menjahit. Di Indonesia ia 10 tahun mengepalai sebuah hotel. Pada usia 50 tahun ia mengambil diploma ahli kecantikan, manicure dan massage tangan pada Gerda Siemer di Amsterdam.
Menjelang umur 50 tahun ia tiga tahun bekerja pada perkumpulan dagang “Onder Ons" dan di sanalah ia belajar masak dari koki-kokinya. Itulah satu-satunya pendidikan masak yang diperoleh.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR