Di tengah-tengah kesibukannya dalam menyelesaikan Teori Medannya Einstein tidak sampai hati pula untuk mengecewakan seorang gadis kecil yang berani itu.
Einstein dan musik.
Sampai dirumah setelah makan malam, Einstein mulai bekerja lagi. Dalam kamar studinya yang sempit, dengan bantal kecil yang dipangku sebagai alas, lembar demi lembar kertas dipenuhi dengan simbol-simbol dan angka-angka.
Kadang-kadang bila ia tengadah menatap langit-langit melambungkan pikirannya, kertas-kerta itu terlepas jatuh di lantai. Tercampur dengan buku, majalah dan surat-surat kabar yang berserakan.
Sudah barang tentu jadi tugas sekretarisnya keesokan harinya untuk menemukan lembar-lembar itu kembali.
Selain ilmu pengetahuan dan politik, sastra dan musikpun mendapat perhatian Einstein pula. Dengan sahabat-sahabatnya ia suka mendiskusikan soal-soal demokrasi dan Zionisme.
Pujangga-pujangga kesayangannya adalah Sophocles, Shakespeare, dan Dostojevsky. Larut malam kadang-kadang Einstein main piano atau menggesek biola.
Komponis-komponis kesayangannya adalah Bach dan Mozart. Menurut pengakuannya musik merupakan “salah satu kebutuhan hidupnya".
Tetapi kesemuanya ini ia lakukan sendiri. Tidak seorang luarpun pernah ia perbolehkan untuk mendengar permainan piano atau gesekan biolanya. Sudah barang tentu orang yang beruntung dapat mendengar gesekan biola Nabi Fisika Modern itu, hanyalah orang-orang yang salah jalan, atau orang-orang yang sengaja mengintipnya.
Apakah gesekan Einstein juga aneh-aneh dan musykil-musykil seperti teori-teorinya, kita sama sekali tidak mengetahuinya. (Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 1965)
Baca Juga : Surat Berisi ‘Resep Kebahagiaan’ dari Einstein untuk Pelayan Hotel Dilelang dengan Harga Fantastis
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR