Waktu itulah Sukitman baru merasa agak tenang, meskipun ia masih tetap diawasi.
Ternyata anggota Cakra itu sudah di-drill, karena langsung berada di bawah komando Letkol Untung.
Sekitar satu dua jam kemudian melalui radio disiarkan, siapa yang mendukung G30S itu akan dinaikkan pangkatnya.
Satu tingkat untuk prajurit, sementara yang aktif akan memperoleh kenaikan dua tingkat.
Mendengar pengumuman itu semua yang merasa terlibat bersalam-salaman, karena merasa gerakan mereka sukses.
Setelah suasana agak tenang, Sukitman dipanggil oleh Lettu Dul Arief yang menanyakan di mana senjata Sukitman.
Sukitman menjelaskan apa yang terjadi ketika ia berada di daerah Kebayoran. Akhirnya senjata itu bisa ditemukan, walaupun dalam keadaan patah.
Mengira Sukitman bukan musuh, bahkan teman senasib, Jumat sore itu Sukitman diajak menuju Halim bersama iring-iringan pasukan.
Sesampai di Gedung Penas (daerah Bypass, sekarang Jl. Jend. A. Yani) pasukan itu diturunkan di lapangan, sementara Sukitman masih bersama Dul Arief.
Pada malam harinya, entah mengapa, orang yang mengawasi tawanannya malah mengajak Sukitman untuk mengambil nasi.
"Ke mana?" tanya Sukitman.
"Ke Lubang Buaya, tempat para jenderal dibunuh," jawab Kopral Iskak, orang yang mengajaknya tersebut.
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR