Waduh! Gunung Es Seluas Jakarta Akan Lepas dari Antartika

Agus Surono

Editor

Retakan es terlihat dari udara.
Retakan es terlihat dari udara.

Intisari-Online.com – Sebuah retakan besar di lapisan es Antartika telah merekah sepanjang 11 mil (sekitar 17,7 km) hanya dalam waktu enam hari. Tak lama lagi, salah satu gunung es terbesar di dunia itu siap merelakan “sebagian tubuhnya” terpisah.

Tinggal 8 mil (sekitar 12,8 km) yang tersisa rekahan itu untuk sampai ke lapisan es Larsen C dan menghasilkan gunung es seukuran negara bagian Delaware, AS (seluas6.452 km²).

Adrian Luckman dari Project MIDAS, sebuah proyek penelitian Antartika dari Inggris, yang terus mengamati retakan yang terus berkembang, mengatakan bahwa ini adalah lompatan terbesar sejak Januari. “Sudah mendekati ke proses lengkap yang disebut dengan ‘calving,’" tambahnya.

Begitu gunung es terputus, “Maka pada dasarnya akan mengubah lansekap Semenanjung Antartika," katanya.

Lapisan es adalah lembaran es abadi yang mengapung di daratan, menurut Pusat Data Salju dan Es Nasional. Karena es sudah mengambang, gunung es yang baru terbentuk tidak akan berkontribusi pada naiknya permukaan air laut.

Meski begitu, penelitian lapisan es dan gunung es penting karena keduanya menahan gletser yang menggerus mereka. "Ketika mereka menghilang, es bisa mengalir lebih cepat dari daratan ke laut dan berkontribusi lebih cepat terhadap kenaikan permukaan air laut."

Peristiwa serupa terjadi 15 tahun yang lalu dengan “cuilnya” bagian es dari lapisan es Larsen B di dekatnya. Setelah cuilnya bagian es itu, gletser yang terjadi bertambah cepat luncurannya dibandingkan sebelum-sebelumnya.

Proyek MIDAS menyatakan, tidak ada bukti kaitan antara munculnya retakan ini, dan akhirnya gunung es, dengan perubahan iklim. Namun, sudah umum diketahui bahwa pemanasan laut dan suhu atmosfer telah menjadi faktor dalam cuilnya papan es sebelumnya di Semenanjung Antartika, terutama Larsen A pada tahun 1995 dan Larsen B pada tahun 2002.

Pemanasan global telah meningkatkan suhu hingga 5 derajat lebih tinggi di wilayah ini sejak tahun 1950-an dan dapat meningkat hingga lebih dari 7 derajat pada akhir abad ini, yang akan memberikan tekanan lebih pada es, menurut Climate Central.

Artikel Terkait