Kedua, pihak sekolah menyiapkan menu dan makanannya sendiri. Ketiga, dengan menyajikan makanan berdasarkan daftar menu yang sudah dibuat oleh lembaga pendidikan setempat.
Hidangan yang biasa disajikan kepada anak-anak antara lain nasi kari, spaghetti dan hamburger yang berisi daging.
Baru-baru ini pihak Departemen Pendidikan Jepang 'dipaksa' meneliti kembali diit makan siang tersebut, karena ternyata anak-anak terlalu banyak diberi makan makanan yang berlemak dan juga banyak mengandung gula.
Baca juga: Anda Menderita Hipertensi? Hindarilah Kecap Manis Seperti Ini
Hal ini sebagai akibat dari penghasilan keluarga yang meningkat dan perubahan gaya hidup orang Jepang.
Akibatnya banyak anak menderita kelebihan berat badan atau kegemukan. Akibat lebih jauh anak-anak tersebut memiliki tekanan darah tinggi.
Keadaan demikian masih ditambah dengan kurangnya kegiatan olah raga, sehingga meningkatkan jumlah anak yang menderita penyakit yang sebenarnya biasa diderita oleh orang dewasa.
Sudah banyak negara mengirimkan tim-tim peninjau ke Jepang untuk mempelajari sistem makan siang di sekolah di sana yang dipandang cukup berhasil. Namun demikian, toh masih dijumpai banyak masalah.
Baca juga: Pegagan, Si Daun Kaki Kuda yang Ampuh Obati Batuk Kering Hingga Hipertensi
Umpamanya saja, karena jauhnya jarak dan lamanya waktu untuk membawa makanan dari dapur sentral ke sekolah-sekolah, makanan yang tadinya panas cenderung menjadi dingin dan rasa lezat pun hilang.
Selain itu karena begitu banyaknya jumlah makanan yang harus diolah dan adanya usaha untuk menyederhanakan pekerjaan yang besar itu, makanan yang disajikan hanya itu-itu saja, tanpa variasi.
Tambahan lagi waktu yang disediakan bagi anak-anak untuk menikmati makan siang hanya lima puluh menit. Ini belum dikurangi waktu untuk menyediakan makanan dan menyisihkan tempat bekas makan mereka, sehingga praktis mereka hanya memperoleh sisa waktu dua puluh menit saja untuk makan.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR