Intisari-Online.com – Pada tahun 19219, Lewis Lawes menjadi sipir penjara Sing Sing. Tidak ada penjara yang lebih keras daripada Sing Sing selama waktu itu.
Tapi ketika sipir Lawes pensiun setelah 20 tahun kemudian, penjara tersebut telah menjadi institusi kemanusiaan.
(Baca juga:Ada yang ‘Tak Biasa’ dari Foto Para Istri dan Pasangan Kepala Negara Ini. Adakah yang Menyadarinya?)
Mereka yang mempelajari sistem penjara tersebut mengatakan bahwa penghargaan atas perubahan tersebut adalah karena Lawes.
Tapi saat ditanya tentang perubahan tersebut, inilah yang dikatakan Lawes, “Saya berutang semuanya kepada istri saya yang luar biasa, Catherine, yang dimakamkan di luar tembok penjara.”
Catherine Lawes adalah seorang ibu muda dengan tiga anak kecil saat suaminya menjadi sipir.
Semua orang mengingatkannya sejak awal bahwa ia seharusnya tidak pernah menginjakkan kaki ke dalam dinding penjara, tapi itu tidak menghentikan Catherine!
Saat pertandingan basket pertama diadakan, ia masuk ke lapangan bersama tiga anaknya yang cantik dan ia duduk di tribun bersama narapidana.
Sikapnya saat itu, “Suami saya dan saya akan merawat orang-orang ini dan saya yakin mereka akan menjaga saya. Saya tidak perlu khawatir.” Ia bersikeras berkenalan dengan para narapidana dan mencatat mereka.
Ia bertemu dengan seorang pembunuh yang terbukti buta yang dikunjunginya. Sambil memegang tangannya, Catherine berkata, “Apakah Anda membaca Braille?”
“Apa itu Braille?” tanya narapidana itu. Lalu, Catherine mengajarinya cara membaca huruf Braille. Bertahun-tahun kemudian narapidana itu menangis karena kasih dari Catherine.
Kemudian, Catherine bertemu seorang yang bisu tuli di penjara. Ia kemudian kursus untuk mempelajari bagaimana menggunakan bahasa isyarat, untuk kemudian diajarkannya pada narapidana itu.
Tetapi, Catherine terbunuh dalam sebuah kecelakaan mobil. Keesokan paginya Lewis Lawes tidak datang untuk bekerja, jadi sipir lain menggantikannya. Rasanya hampir seketika penghuni penjara tahu ada yang tidak beres.
Keesokan harinya, tubuh Catherine beristirahat dalam sebuah peti di rumahnya, tiga perempat mil dari penjara.
Saat sipir hendak kontrol pagi, ia terkejut melihat kerumunan besar penjahat terberat dan residivis berkumpul seperti kawanan hewan di gerbang utama.
(Baca juga:Pesawat Intai Siluman Tercanggih dan Tercepat di Dunia Siap Gentayangan, Indonesia Patut Berhati-hati)
Sipir itu mendekat dan memperhatikan air mata kesedihan pada mereka. Ia tahu betapa mereka mencintai Catherine.
Akhirnya sipir itu berbalik dan menghadap pada mereka, “Baiklah, kalian bisa pergi. Pastikan malam ini kembali!”
Kemudian ia membuka pintu gerbang dan sebuah parade narapida berjalan, tanpa seorang penjaga, tiga perempat mil untuk antri memberikan penghormatan terakhir kepada Catherine Lawes.
Dan setelah itu mereka kembali untuk masuk ke dalam penjara lagi. Tanpa kecuali!