Intisari-Online.com - Perang udara di langit Eropa yang paling bersejarah adalah ketika Nazi Jerman bermaksud menguasai Inggris Raya dengan mengerahkan serangan udara besar-besaran pada bulan Juli hingga Oktober 1940 dan sangat dikenal sebagai Battle of Britain.
(Baca juga: Mikhail Kalashnikov: Salahkan Jerman kalau AK-47 Jadi Senjata Populer)
Kekuatan udara Lutfwaffe Jerman yang dikerahkan untuk menaklukan Inggris lebih dari 3500 pesawat berbagai jenis.
Sedangkan kekuatan udara Inggris (Royal Air Force/RAF) sekitar 1.100 pesawat tapi hanya 704 pesawat yang siap operasional.
Selain itu, RAF yang saat itu dipimpin Air Chief Marshal Dowding juga kekurangan pilot sehingga harus dibantu para sukarelawan dari negara persemakmuran termasuk para pilot AS, Polandia, dan lainnya.
Di atas kertas, kekuatan Luftwaffe yang saat itu dipimpin oleh Marsekal Herman Goering jelas lebih unggul dan pasti menang.
Oleh karena itu Luftwaffe yang selanjutnya melancarkan Operation Sealion untuk menaklukkan Inggris melaksanakannya dengan penuh kepongahan.
Kekuatan udara Nazi Jerman yang dikerahkan untuk menggempur Inggris berangkat dari daratan Perancis untuk selanjutnya melintasi Selat Inggris dan terus terbang menuju daratan Inggris.
Ketika sudah terbang di atas udara Selat Inggris, konvoi pesawat-pesawat tempur Nazi yang memiliki formasi standar, pesawat-pesawat pengebom yang dikawal pesawat-pesawat fighter segera dihadang RAF dan dogfight sengit pun tak bisa dihindari lagi.
(Baca juga: Peringati Hari Kemenangan Atas Nazi, Rusia Malah Pamerkan Rudal Nuklir untuk Ancam AS)
Pesawat-pesawat RAF yang terdiri dari Spitfire dan Hurricane bisa melaksanakan penyergapan secara efektif karena kekuatan udara Inggris telah dilengkapi radar sehingga setiap kehadiran pesawar-pesawat Nazi Jerman segera bisa terdeteksi.
Selain itu RAF juga menemukan taktik baru untuk melawan pesawat-pesawat Nazi, penyergapan baru dilakukan ketika konvoi pesawat musuh mulai mendekati daratan Inggris.
Dalam kondisi seperti itu pesawat-pesawat Nazi, khususnya pesawat fighter bahan bakarnya sudah terbatas dan hanya bisa melaksanakan dogfight secara singkat.
Tanpa kawalan yang cukup pesawat-pesawat pengebom Nazi akhirnya menjadi sasaran empuk bagi fighter RAF. Ratusan pesawat Luftwaffe pun berhasil dirontokkan oleh pilot-pilot RAF.
Hingga memasuki bulan Agustus, RAF telah berhasil merontokkan 367 pesawat Luftwaffe.
Sedangkan RAF sendiri telah kehilangan 183 pesawat dalam dogfight di udara dan 30 pesawatnya lainnya hancur diserang pesawat Luftwaffe sewaktu masih berada di darat.
Dengan jumlah pesawat tempur mencapai 550 unit yang rontok dari kedua belah pihak dan hanya berlangsung kurang dari satu bulan, dogfight dalam Battle of Britain betul-betul luar biasa.
(Baca juga: Luar Biasa, Reaksi Anggota Pramuka Putri Menggertak Anggota Neo-Nazi Jadi Viral dan Diapresiasi Banyak Orang)
Memasuki bulan Oktober, tanda-tanda kekalahan Luftwaffe dalam Battle of Britain makin tampak setelah lebih dari 1.700 pesawatnya rontok.
Marsekal Goering dengan penuh kekecewaan dan amarah akhirya terpaksa menghentikan kampanye serangan udara ke Inggris karena khawatir kekuatan udara Luftwaffe akan mengalami kehancuran.
Secara militer Inggris telah memenangkan Battle of Britain pada saat paling kritis mengingat saat itu sudah kekurangan pilot dan hanya mengandalkan para sukarelawan.
Dalam missi tempurnya di atas udara Inggris, kadang sama sekali tak ada pilot RAF warga Inggris sehingga secara politis hingga era terkini, Inggris betul-betul sangat menghargai para pilot sukarelawan yang telah bertempur bagi bangsa dan negaranya.
Kemenangan pertempuran udara dalam Battle of Britain bahkan menjadi turning point Sekutu untuk memenangkan peperangan di Eropa.
Mirip dengan turning point militer AS saat mengalahkan pasukan Jepang di Midway yang juga menjadi modal untuk memenangkan peperangan di kawasan Asia Pasifik.
PD II yang berkobar di darataran Eropa pun terus berlanjut dan pertempuran udara melawan pesawat-pesawat Luftwaffe justru makin menghebat ketika pasukan Sekutu bertempur di front Perancis, Italia, Afrika (Mediterania), dan bahkan Jerman.
Para pilot Rusia yang berjuang keras membela negaranya juga bertarung mati-matian di udara melawan para pilot Luftwaffe sehingga dogfight sengit terus mewarnai ruang udara Eropa sepanjang harinya.
Hingga PD II berakhir jumlah korban akibat pertempuran udara khususnya dogfight baik dari pihak Sekutu, Rusia, maupun Nazi Jerman serta Jepang mencapai angka yang sangat luar biasa.
Jumlah total pesawat Nazi Jerman yang hancur atau rusak berat dalam PD II adalah 76.875 pesawat dan terdiri dari 21.452 pesawat tempur, 12.307 pesawat bomber, 15.428 pesawat latih, 10.221 pesawat tempur bermesin ganda, 5.548 pesawat serang darat, 6.733 pesawat intai, dan 6.141 pesawat transport.
Perancis kehilangan 892 pesawat terdiri dari 502 pesawat tempur dan 218 pesawat bomber. Jepang kehilangan 50.000 pesawat, Italia 5.272 pesawat, dan Rusia kehilangan 146.400 pesawat tempur berbagai jenis.
Sedangkan, dalam pertempuran udara di kawasan udara Eropa dan Pasifik, AS kehilangan 95.000 pesawat berbagai jenis. Inggris kehilangan 42.010 pesawat dan terdiri dari 30.045 pesawat tempur serta 11.965 pesawat bomber, sementara Australia kehilangan 250 pesawat.