Bertempat di Gang Gloria, Glodok, jejak modernitas Ko Tang yang masih tersisa mulai dari teknik hingga peralatan serta bangku cukur.
Untuk teknik, misalnya, menurut Pi Cis, pembeda Ko Tang dengan pangkas rambut lain adalah fasilitas korek kuping.
Teknik ini diajarkan secara turun-temurun--dan disebut paling susah.
Dalam praktiknya, ada beberapa besi yang dibalut dengan sikat dan kapas, serta satu pinset. Pi Cis pun harus teliti saat membersihkan.
"Enggak bisa sembarangan orang. Korek kuping di kami pasti bersih dan sama sekali tidak terasa (sedang dibersihkan). Bahkan, sampai sekarang ada beberapa pelanggan khusus untuk korek kuping saja," kata Pi Cis.
Bertahan dan menunggu Pasang surut perjalanan Ko Tang telah dilalui di tengah modernitas dunia pangkas rambut.
Saat ini ada tiga pemangkas, termasuk Pi Cis, yang masih bertahan. Dalam satu hari, setiap pemangkas mendapat 3-4 pelanggan.
Berbeda jauh dari masa kejayaan hingga tahun 2000-an. Tenar dan disambangi pejabat tak bisa membuat popularitas Ko Tang menarik pelanggan di kalangan anak-anak muda.
Mereka kini mengandalkan para pelanggan yang sudah berusia lanjut.
Saat ditanya masa depan Ko Tang, Pi Cis mengaku bahwa tak ada generasi penerus, selain mereka.
Beberapa kali berusaha mencari pemangkas, namun tak menemukan hasil, karena tidak sesuai.
“Kalau saya ingin terus, tapi setahu saya, generasi ini (Ko Tang) sudah habis,” ungkap Pi Cis.
Kendati demikian, Pi Cis kini masih bersemangat dan tetap mencukur, tak peduli berapa pun pelanggan yang ia dapat. Baginya profesi ini sudah mendarah daging. (Kahfi Dirga Cahya/Kompas)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ko Tang, Pangkas Rambut Pembawa Hoki dari Glodok"
Source | : | kompas |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR