Intisari-Online.com – Tadi malam adalah pertandingan terakhir bagi tim sepak bola putraku yang berusia delapan tahun. Itu adalah semi final. Skor dua banding satu, tim putraku memimpin.
Orangtua anak-anak yang bertanding, berteriak memberikan dorongan pada anak-anak mereka yang sedang bertanding di lapangan.
(Baca juga:Mengundurkan Diri dari DKI 1, Inilah Dana Pensiun yang Diterima Ahok Setiap Bulan)
Kurang dari sepuluh detik yang tersisa, bola meluncur di depan rekan setim putraku, Mikey O’Donnell. Teriakan, “Tendang!” bergema di seberang lapangan. Mickey kembali bangkit dan mengerahkan segala tenaga yang dimilikinya.
Kerumunan sekelilingku mendadak terdiam saat bola terbang ke gawang. Mickey O’Donnell telah mencetak gol!
Mickey memang telah mencetak gol dengan baik, tapi di gawang yang salah, hingga mengakhiri permainan menjadi seri. Sejenak seluruhnya menjadi hening.
Mickey menyandang Down’s Syndrome dan baginya tidak ada yang namanya gol yang salah. Semua gol dirayakan dengan pelukan gembira dari Mickey. Ia bahkan memeluk pemain lawan saat mereka mencetak gol.
Kesunyian berakhir saat Mickey, dengan wajahnya yang penuh kegembiraan, mencengkeram anakku, memeluknya, dan berteriak, “Aku mencetak gol! Aku mencetak gol! Semua orang menang! Semua orang menang!”
(Baca juga:Mbah Siani si Pemecah Batu van Jember: Tak Masalah Honornya Kecil yang Penting Halal)
Sejenak aku menahan napas, tidak yakin bagaimana reaksi anakku. Rupanya aku tidak perlu khawatir, tak terasa air mataku berlinang, saat anakku mengangkat tangannya sambil mengangkat tangan Mickey, dan berteriak, “Ayo Mickey! Hebat Mickey! Go go Mickey!”
Beberapa saat kemudian, kedua tim mengepung Mickey, bergabung dalam teriakan yel-yel dan memberi selamat kepadanya atas gol yang dicetaknya.
Malam itu, ketika anak perempuanku bertanya kepada kakaknya siapa yang menang, anak laki-lakiku tersenyum dan menjawab, “Kami seri. Semua orang menang!”