Intisari-Online.com – Alkisah, seorang pengusaha kaya raya memiliki seorang anak laki-laki yang malas dan suka berfoya-foya.
Pengusaha itu menginginkan anaknya bekerja keras dan bertanggung jawab.
Pada suatu hari ia memanggil anaknya dan berkata, “Hari ini, saya ingin kau pergi keluar dan mendapatkan sesuatu.
Bila gagal maka tidak akan ada makan malam ini untukmu.”
Anak laki-laki itu tidak berperasaan dan tidak terbiasa melakukan pekerjaan apapun. Permintaan ayahnya membuat ia takut dan langsung menangis mengadu pada ibunya.
Hati ibunya meleleh saat melihat air mata anaknya. Ibunya menjadi gelisah. Sebagai tawaran untuk membantunya, ibunya memberinya koin emas.
Pada petang harinya, ketika sang ayah bertanya pada anaknya apa yang didapatkannya, anak itu segera menyerahkan koin emas itu.
Sang ayah kemudian meminta pada anaknya untuk melemparkan koin emas itu ke dalam sumur. Anak laki-laki itu melakukan apa yang diperintahkan kepadanya.
Pengusaha kaya itu adalah seorang yang bijaksana dan penuh dengan pengalaman. Ia menduga bahwa sumber koin emas itu adalah istrinya.
Keesokan harinya ia mengirim istrinya ke rumah orang tuanya dan meminta anaknya untuk pergi dan mendapatkan sesuatu dengan ancaman tidak mendapat makan malam jika ia gagal.
Kali ini anak laki-lakinya pergi meneriaki adik perempuannya yang bersimpati padanya dan memberinya koin emas.
Ketika ayahnya bertanya kepada anaknya apa yang didapatnya, anak itu melemparkan koin emas kepadanya.
Sang ayah kembali memintanya untuk membuangnya ke sumur. Anak laki-laki itu dengan mudah melakukannya lagi.
Lagi-lagi sang ayah mengatakan pada anaknya bahwa koin emas itu tidak diperoleh anaknya.
Ia kemudian mengirim putrinya ke rumah mertuanya. Ia kembali meminta anaknya untuk pergi keluar dan mengancam lagi bila ia tidak memiliki sesuatu maka tidak mendapatkan makan malam.
Kali ini tidak ada yang membantunya keluar. Anak laki-laki itu terpaksa pergi ke pasar untuk mencari pekerjaan.
Salah satu pemilik toko mengatakan kepadanya bahwa ia akan membayar dua koin jika membawa kopernya ke rumahnya.
Anak laki-laki itu tidak bisa menolak dan basah kuyup saat ia menyelesaikan pekerjaannya.
Kakinya gemetar, leher dan punggungnya sakit. Ada ruam di punggungnya.
Saat ia kembali ke rumah dan menyerahkan dua koin kepada ayahnya dan diminta untuk melemparkannya ke dalam sumur, anak laki-laki yang ketakutan itu hampir berteriak.
Ia tidak bisa membayangkan membuang uang yang diperolehnya dengan susah payah.
Ia berkata di tengah isaknya, “Ayah! Seluruh tubuh saya terasa sakit. Punggung saya tergores dan ayah meminta saya untuk membuang uang itu ke sumur?”
Saat ini sang pengusaha kaya itu tersenyum. Ia mengatakan kepada anaknya bahwa seseorang merasakan sakitnya jika hasil kerja kerasnya terbuang sia-sia.
Anak laki-laki itu sekarang menyadari nilai kerja keras. Sang ayah akhirnya menyerahkan kunci tokonya pada anaknya dan berjanji untuk membimbingnya melewati sisa hidupnya.