Baca juga: Kisah Nero: Kaisar Romawi yang Gila Kemewahan, Tirani, namun Mengakhiri Hidupnya dengan Bunuh Diri
"Kata-kata dan buku adalah cintanya, tetapi sekarang dia harus bersusah payah untuk menulis."
"Dia membutuhkan bahkan kadang lupa ke mana dia pergi dan orang-orang terdekatnya melihat penurunan."
"Dia juga menderita ME."
Kadang dia akan bangun dan menjalani seperti hari-hari yang biasa namun kadang dia hanya bisa bangun dan hanya mencapai sofa."
"Dia akan mengatakan dia merasa seperti berlari maraton."
"Dalam waktu yang lama dia menjadi lebih terbatas untuk aktivitas di rumah dan kurang aktivitas di luar rumah."
Sebelum kematiannya, Perrett-Clarke menulis, "Saya merasa bingung dan sangat sulit memahami apa yang kadang dikatakan orang."
"Konsentrasi saya telah hilang."
"Saya menjadi sangat mudah tersinggung dan itu tidak seperti saya."
"Tidurku telah berubah, saya tidak tahu siapa orang-orang."
Baca juga: Tragedi Jonestown, Saat 912 Orang Memilih Lakukan Bunuh Diri Massal
Perrett-Clarke pernah belajar politik dan bahasa Inggris di Loughborough University sebelum mendapatkan kualifikasi mengajar dan menjadi penulis yang meneliti sejumlah topik.
Dia telah menetap di Blackpool dengan suaminya, seorang mantan prajurit.
Dia menetap selama lima tahun terakhir hidupnya, setelah pindah ke seluruh negeri selama bertahun-tahun dengan pekerjaan militer suaminya.
Teman dan keluarga menggambarkannya sebagai seseorang dengan kehidupan yang positif. (Intisari-Online.com/Adrie P. Saputra)
Source | : | Metro.co.uk |
Penulis | : | Adrie Saputra |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR