Baca juga: Suku Toda Hanya Mengakui 'Ayah Sosiologis' Bukan 'Ayah Biologis', Ini Maksudnya
Semangat
Meski ruang geraknya kini terbatas, pebalap sepeda berjuluk "Macan Asia'' itu masih tetap memiliki semangat, optimistis, dan tidak mau merepotkan orang lain.
Hendrik, yang biasa disapa Pak Ekih, berkisah tentang masa jayanya dengan berapi-api, saat ditemui Kompas.com di rumah sederhananya, Kamis (30/8/2018).
Baca juga: Nasib Hendrik Brocks, Pebalap Legendaris Peraih 3 Medali Emas Asian Games asal Sukabumi (1)
Daya ingat Hendrik masih cukup kuat. Ia mengisahkan pengalamannya pada era 1960 hingga 1980-an, saat berjuang meraih tiga medali emas Asian Games 1962, Ganefo, Olimpiade, dan menjadi pelatih bagi para pebalap sepeda nasional.
Nama-nama para pebalap yang menjadi kolega dan rekan satu tim masih diingatnya dengan jelas. Mereka di antaranya Aming Priatna, Wahju Wahduni dari Jawa Barat, Hasjim Roesli dari DKI Jakarta, serta Frans Tupang dari Sumatera Barat.
Ia juga sempat berbagi kisah tentang teknik melatih dan strategi saat berlomba.
''Menjadi pebalap sepeda itu tidak bisa instan, perlu percaya diri, memotivasi diri sendiri, termasuk harus ada target. Dan tentunya berlatih lebih keras lagi dan tidak cengeng,'' kata Hendrik.
''Kalau latihannya hanya mengayuh sepeda saja, tidak jelas. Makanya harus ada target, latihan bisa sampai tenaga terakhir berarti ada kemajuannya. Ini yang dilakukan oleh bapak, juga saat bapak melatih anak-anak juga begitu,'' lanjut dia.
Hendrik menyebutkan, para pebalap yang pernah diasuhnya tercatat pernah berprestasi di tingkat nasional, yaitu Robby Yahya, Ronny Yahya, Sanjaya, Siman, Muhamad Yusuf, Fanny Gunawan, Ferry Sonic, Maruki, dan Puspita.
''Banyaklah yang dilatih. Dari 50 atlet yang berhasil dan berprestasi 5 atlet saja sudah bagus. Apalagi jadi 10 atlet lebih bagus lagi,'' kata Hendrik.
Ia juga pernah melatih tim pebalap sepeda di Provinsi Lampung selain menjadi pelatih di Pemusatan Pelatihan Nasional (Pelatnas).
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR