Intisari-Online.com -“Apakah besok puasanya bareng?” menjadi pertanyaan yang kerap bergulir menjelang Puasa Ramadan.
Untuk Puasa Ramadan 2017 ini dipastikan berbarengan; baik warga Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama (NU) akan memulai puasa 27 Mei 2017. Lalu bagaimana dengan Lebarannya?
(Baca juga:Menyeramkan! Pesawat Kiriman CIA Ini Sering Terbang di Langit Indonesia Tanpa Pernah Terdeteksi)
Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, selain Puasa Ramada, perayaan Idul Fitri dan Idul Adha kemungkinan besar juga berbarengan.
Menurutnya, posisi bulan di langit saat awal bulan komariah pada tahun ini cukup mendukung keseragaman hari-hari penting bagi umat muslim.
“Sampai tahun 2021, posisi bulan di luar 0-2 derajat. Jadi, ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha akan sama,” kata Thomas saat dihubungi Kompas.com, Senin (22/5).
Kita tahu, selama ada dua cara menetapkan kemunculan hilal (bulan sabit) untuk menandai awal puasa dan hari raya.
Cara pertama adalah perhitungan astronomis, biasa disebut hisab. Ini biasa digunakan oleh Muhammadiya.
Sementara cara kedua adalah pengamatan secara langsung, alias ru’yatul hilal ala NU.
Harap diketahui, ada dua syarat sehingga hilal—bulan sabit sangat tipis penanda awal bulan komariah—dinyatakan sah dan bisa jadi tanda awal bulan.
Pertama, hilal harus cukup tebal dan menonjol di tengah cahaya senja. Kedua, hilal harus cukup tinggi sehingga cahayanya tidak pudar oleh pengaruh matahari senja.
(Baca juga:Pesawat Intai Siluman Tercanggih dan Tercepat di Dunia Siap Gentayangan, Indonesia Patut Berhati-hati)
“Selama ini perbedaan muncul karena posisi bulan antara 0 - 2 derajat sehingga tidak bisa teramati secara langsung perhitungan astronomis sudah menunjukkan hilal tampak,” ungkap Thomas.
Untuk Ramadan 2017 ini, tambah Thomas, posisi bulan diperkirakan sudah pada ketinggian 7 - 8 derajat dari ufuk sehingga akan mudah terlihat. Sementara, saat Lebaran, ketinggian diprediksi 2-3 derajat.