Intisari-Online.com – Sementara filsuf seperti Heraclitus dan Plato telah melemparkan teori - senada dengan teori psikoanalis Sigmund Freud - dalam tidur seseorang masuk dalam alam kreasinya sendiri.
"Dalam diri setiap orang, bahkan yang mengaku terhormat pun, terkubur hasrat-hasrat liar, mengerikan, dan kadang kejam yang bisa muncul saat ia tidur," tutur Plato.
(Baca juga: Misteri Mimpi: Abraham Lincoln Bermimpi Tewas Terbunuh, dan Menjadi Kenyataan!)
Artemidorus, juru ramal Yunani pada abad II, yang kepiawaiannya menganalisis mimpi bahkan diakui oleh Freud, memperkaya analisis ini dengan membagi unsur mimpi menjadi dua kelompok.
Yakni mimpi yang merupakan refleksi kehidupan sehari-hari dan pertanda untuk masa depan. Untuk kelompok kedua, ia memberi contoh seseorang yang mimpi kepalanya dicukur.
"Itu berarti mimpi buruk, atau ketidakberuntungan. Bagi pelaut bisa berarti kapal karam, bagi orang sakit bisa jadi masa kritis, namun tidak sampai mematikan. Lain lagi dengan mimpi kepala digaruk orang lain. Ini bisa berarti kerugian dan dicurangi oleh orang lain."
(Baca juga: Misteri Mimpi: Mimpi Ditusuk Berkali-kali, Tanda Ada Organ Tubuh yang Sakit Serius)
Dalam menentukan makna mimpi, Artemidorus mengaku tak hanya mengamati mimpinya, namun juga kondisi, pekerjaan, dan latar belakang si pemimpi. Penyebabnya tak lain, mimpi yang sama bisa memberikan arti yang berbeda untuk masing-masing orang.
Buku-buku Artemidorus tentang mimpi ternyata digemari orang selama lebih dari 1.000 tahun.
Bahkan ketika kaum intelek Barat mencemooh mimpi sebagai sesuatu yang tak pantas diamati, karya-karya Artemidorus diam-diam tetap diterbitkan, dalam bahasa Yunani tahun 1518, bahasa Latin 1539, bahasa Prancis 1546, dan akhirnya tahun 1644 bahasa Inggris sampai 24 edisi.
Di abad XX para ilmuwan mulai lagi mempelajari mimpi dalam lingkup telaah ilmiah. Namun baru tahun 1953 sekelompok peneliti di bawah pimpinan Dr. Nathaniel Kleitman dari Universitas Chicago membuat terobosan baru dalam penelitian mimpi.
Mereka menemukan tidur terdiri atas 2 fase yang saling berganti.
Selama fase pertama aktivitas fisik dan mental surut. Lalu dalam fase dua, napas orang yang tidur itu mulai tidak teratur, otaknya aktif kembali seolah-olah ia sedang terjaga, dan di bawah kelopak yang terkatup biji matanya bergerak dengan kecepatan tinggi atau inilah kondisi REM {rapid eye movement).
Bila orang itu dibangunkan pada fase pertama, ia akan mengatakan tidak sedang bermimpi. Sebaliknya, bila pada fase REM dibangunkan, ia biasanya mengaku sedang bermimpi.
Ingatannya terhadap mimpi itu pun, komentar-peneliti William Dement, "Sungguh jelas, nyata, panjang, dan rumit – pendek kata bukan sekadar penggalan-penggalan gambar."
Fase mimpi ini biasanya terjadi setelah 90 menit tertidur dan berlangsung selama satu jam. Begitu seterusnya.
Penelitian selanjutnya menghasilkan bukti, selain orang dewasa, bayi yang baru lahir dan binatang menyusui mengalami kondisi-REM ini.
Mereka juga menemukan, seseorang yang tidak mengalami fase REM, pada malam berikutnya akan mendapatkan fase REM yang lebih lama.
Ini dinilai sebagai kompensasi REM yang hilang malam sebelumnya. Dari sini diduga mimpi merupakan kebutuhan penting, sama halnya dengan makan dan minum. Sayang, penyebabnya belum diketahui.
Jadi sesungguhnya setiap orang bermimpi saat tidur, meski mereka belum tentu ingat akan mimpi-mimpi mereka.
Namun juga tidak benar, kalau seseorang dikatakan langsung bermimpi saat ia jatuh tidur dan baru berhenti saat ia terbangun. Seperti penelitian di atas, tentu ada saat-saat jeda tanpa mimpi.
Mimpi sering kali disertai REM, namun REM tak selalu terjadi saat mimpi. Penelitian meriunjukkan REM bisa terjadi antara 5 dan 7 kali dalam semalam tiap kali selama ± 1 jam.
Pola bolak-balik ini terjadi secara tidak teratur dan belum diketahui apa penyebabnya. Bisa jadi ini berhubungan erat dengan kesehatan fisik, kondisi mental, masalah yang dihadapi, ataupun minuman keras serta obat-obatan yang dikonsumsi si pelaku.
Beberapa ciri fisik juga menyertai seseorang yang sedang bermimpi, yaitu tarikan napas menjadi pendek, tidak teratur, dan cepat, denyut nadi dan tekanan darah meningkat.
la terbaring diam tidak bergerak-gerak sampai mimpi itu berakhir. Jika orang itu biasanya mendengkur, saat bermimpi dengkurannya berhenti atau berkurang.
Terkadang ada orang yang juga melakukan gerakan-gerakan tangan, kaki atau ekspresi wajah, mirip yang sering kita lihat pada anjing yang menggerak-gerakkan kakinya saat tidur, seolah-olah sedang bermimpi mengejar kucing.
Bayi secara khusus terkadang mengeluarkan suara seperti saat mengedot, anak merengek, dan pada pria dewasa tak jarang ditandai dengan "bangun"- nya alat kelaki-lakiannya.
Fase REM selalu diikuti fase tanpa mimpi, NREM, yang berlangsung 20 - 30 menit. Pada fase ini yang bersangkutan bergerak atau mengubah posisi.
Pada orang dewasa fase mimpi lamanya kurang dari sepertiga seluruh masa tidumya, sedangkan pada anak-anak setengahnya.
Sementara hampir seluruh fase tidur bayi adalah fase mimpi. Para ahli menduga janin pun mungkin bermimpi. Juga anak kucing yang belum terbuka matanya dan anak ayam yang belum menetas! (Dari pelbagai sumber/Sht)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1995)