Intisari-Online.com - Tanggal 18 April kemarin, Bumi mencapai angka tertinggi perubahan iklim.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, kadar karbon dioksida di atmosfer mencapai 410 ppm (bagian per juta).
(Baca juga: Bhutan Dinobatkan sebagai Negara Pertama yang Jejak Karbonnya Negatif)
Kurva Keeling, sebuah program dari University of California San Diego, mencatat ini adalah catatan yang menyedihkan bagi para ilmuwan dan seluruh manusia di Bumi.
Sejak tahun lalu, ketika kadar karbon dioksida di atmosfer mencapai 400 ppm, para ilmuwan telah memperingatkan seluruh masyarakat bahwa ada kemungkinan angka akan meningkat.
Memang tidak akan ada hal yang signifikan terjadi antara angka 400 menjadi 410. Namun para ilmuwan tetap khawatir.
(Baca juga: Saling Membunuh, 1 dari 8 Efek Samping yang Aneh dan Tidak Terduga Akibat Perubahan Iklim)
“Ini bisa menjadi kesempatan kita untuk berhenti merusak udara dan mulai bertindak menyelamatkan Bumi,” ucap Gavin Foster, salah satu ilmuwan.
Sementara itu, El Nino (peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut) memang telah mendorong lebih banyak karbon dioksda ke atmosfer selama dua tahun terakhir.
Sebagian besar dorongan ini diakibatkan oleh manusia yang membakar bahan bakar fosil dalam jumlah besar.
(Baca juga: Aneh, Departemen Energi AS Dilarang Menggunakan Frasa ‘Perubahan Iklim’, Lalu Menggunakan Apa?)
Untuk ke depannya, berbagai negara telah mengambil tindakan. Seperti Tiongkok dan Inggris yang menutup emisi batubara pada 2030, Jerman yang melarang mesin pembakaran pada 2030, dan AS telah memberikan dana energi bersih sebanyak 1 miliar US Dollar.
Jadi, sekarang saatnya bekerja sama untuk membuat Bumi kembali bersih dan hijau seperti dulu.