Intisari-Online.com -Dalam ajang olahraga udara (ordirga) dikenal cabang olahraga gantole yang dalam proses penerbangannya cukup rumit.
Gantole sebenarnya merupakan pesawat layang yang diterbangkan oleh pilotnya dengan cara melompat dari tebing gunung.
Olahraga ini dikenal “paling repot” karena pesawat gantole harus digotong dulu menuju puncak bukit, dirakit dan baru diterbangkan dengan posisi penerbangnya tengkurap.
Ketika membawa gantole, para atlet ordirga gantole kerap menjadi perhatian para penumpang pesawat komersil atau bahkan ketika mereka menumpang pesawat transpor C-130 Hercules TNI AU karena dianggap aneh.
Yang menarik perhatian bagi rombongan atlet gantole ketika mau menumpang pesawat bukan para atletnya yang betampang aneh karena tidak berbeda dibandingkan dengan para penumpang lainnya, melainkan barang bawaannya.
Satu tim atlet gantole dari salah satu propinsi Sumatera Barat (Sumbar), misalnya.
Ketika mereka berada di bandara sambil membawa gantole yang terbungkus kain parasut dengan panjang sekitar 8 meter langsung mengundang pertanyaan.
Itulah yang dialami Rijalul Fathani, atlet gantole asal Sumbar.
(Baca juga:Mengerikan! Ketika Tiga Veteran Perang Menceritakan Pengalaman Pertama Menghabisi Nyawa Orang)
Umumnya para penumpang atau petugas bandara selalu bertanya, “Apa itu kok sampai digotong dua orang dan bentuknya panjang?”
Rijalul yang sebenarnya sudah bosan dengan pertanyaan rutin itu pun selalu menjawab, “pesawat gantole.”
Ada dua kemungkinan dari jawaban itu.
Tapi jika penanya belum tahu, maka susah payah Rijalul menjelaskan apa itu pesaswat gantole.
Kadang sambil membuka pembungkus kain parasut seraya memperlihatkan batang-bantang alumunium dan tali baja serta kain parasut yang merupakan komponen utama bagi penerbangan gantole.
“Kalau naik pesawat pesawat komersil memang harus siap ditanya orang. Tapi kalau naik Hercules TNI AU sudah banyak yang tahu jadi tidak begitu repot,” papar Rijalul.
(Baca juga:Mangga Memang Enak dan Menyegarkan, tapi Apa yang Terjadi Bila Makan Mangga Terlalu Banyak?)
Tidak hanya ketika diangkut menggunakan pesawat saja , perangkat pesawat gantole selalu menimbulkan pertanyaan.
Saat dibawa menggunakan mobil bak terbuka pun pesawat gantole yang ditaruh dalam bungkusan kain parasut selalu mengundang perhatian.
Tim-tim cabang olahraga gantole dari berbagai daerah yang membawa gantole di atas mobil bak terbuka menuju lokasi pertandingan.
Misalnya, dari Yogyakarta dan Jakarta menuju Sumedang, Jawa Barat, selalu mengundang tanda tanya.
Konvoi atlet gantole kadang mengundang tanya para polisi yang bertugas.
Ketika mereka mencoba menghentikan dan bertanya tentang barang apa yang dibawa serta dijawab “pesawat gantole”’, para polisi itu pun kebingungan.
Tapi tulisan FASI (Federasi Aero Sport Indonesia) di mobil-mobil bak terbuka pembawa pesawat gantole sudah cukup untuk menjelaskan apa pesawat gantole itu.
Dan para polisi pun tidak bertanya lebih lanjut.
Di lokasi atlet gantole menginap dan bersiap bertanding, para atlet dan kru pendukung selalu disibukkan dengan “kegiatan aneh” berupa aksi gotong-menggotong komponen pesawat gantole yang cukup berat.
Perlu dua orang untuk menggotongnya.
Sewaktu tida di tempat peluncuran gantole, para atlet kembali menggotong pesawat gantole ke atas bukit dan kemudian dirakit agar siap terbang.
Atlet gantole yang melompat dari tebing gunung yang curam lalu menerbangkan gantole selalu menjadi tontonan ribuan warga karena masih di anggap aneh.
Suatu kali para atlet gantole yang sedang bertanding di Sumedang tidak berhasil mendarat tepat di landing site yang telah ditentukan panitia.
Salah satu atlet gantole, Dadang Kardus, malah mendarat di persawahan yang sedang dicangkul oleh seorang petani.
Melihat orang bisa mendarat di sawah menggunakan gantole, petani itu heran sekaligus ketakutan lalu bersujud.
“Ketika saya tanya dia mengaku takut dan malah mengira ada dewa turun dari langit menggunakan benda yang menurutnya sangat aneh. Ha-ha-ha...ada-ada saja,” ujar Dadang Kardus atlet gantole asal propinsi Jawa Barat.